Rabu, 14 Maret 2012

Belajar Dakwah dari Pedagang Asongan

“Pecel, nasi pecel telungewu mas..”
“Kacang goreng, kacang manis..”
“Aqua, mizone, air,air..”


Seruan itu, ya seruan itu amat sering saya dengar setiap kali kereta yang saya tumpangi berhenti di stasiun-stasiun sepanjang Bandung hingga Surabaya. Mereka menawarkan dagangannnya setengah berteriak. Saya mengamati setiap gerak-gerik mereka. Luar biasa, sekalipun para penumpang tidak menyambut teriakan mereka apalagi membeli, namun mereka tak bosan terus berteriak menawarkan dagangannya. Mengingat saya lapar, maka saya putuskan membeli nasi pecel, murah Cuma tiga ribu rupiah. Mereka Lelah, ya lelah pasti. Letih, tak usah kau tanya sobat. Hingga peluit masinis terdengar dan kereta perlahan bergerak meninggalkan stasiun, saya masih mendengar sayu-sayup suara mereka..

“Monggo pak, bu nasi pecelnya tigaribu..”
“kacang, kacang, sewu..”


Luar Biasa, dua belas jam perjalanan ini bagi saya memiliki beribu makna, terutama makna akan sebuah perjuangan sekelompok manusia yang tak kenal lelah. Memandang mereka membuat saya teringat saudara-saudara saya di sana, di Lembaga Dakwah Kampus.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang hikmah dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An Nahl: 125)

Dakwah adalah bagian dari Ruh Islam. dakwah secara sederhana adalah mengajak, menyeru, dan mempengaruhi manusia agar beriman kepada Allah dan meninggalkan thagut yang mengganggu. Dakwah amatlah luas. Dakwah yang dilakukan di kampus, tentu memiiki objek khusus, yaitu mahasiswa.

Dakwah tak ubahnya suatu proses marketing. 3 elemen penting di dalam dakwah, yaitu subjek, objek, dan proses. Bagaimana agar seruan kita bisa di dengar dan dilaksanakan, tentu dengan proses atau cara yang baik dan menarik. Selain tentu hanya Allah yang mampu memberikan hidayah kepada manusia.

Dalam perjalanannya, dakwah ini akan menyeleksi sendiri pejuang-pejuangnya. Jelas, Allah hanya mau memilih yang siap dan pantang menyerah, sekalipun seruan kita seringkali diabaikan. Kesabaran, mungkin itulah poin utama dalam sebuah jalan dakwah yang panjang.

Pedagang asongan tadi mengingatkan saya akan kesabaran dalam membawa risalah Islam ini. Kesabaran untuk selalu menyeru dan berjalan dari gerbong-gerbong kehidupan kita. Bagi saya, gerbong itu bagaikan kelas-kelas dan gedung-gedung di kampus tercinta. Saya membayangkan setiap dari kita tak kenal lelah menyebarkan dakwah ke setiap “gerbong-gerbong” di kampus. Lelah, ya memang lelah. Tapi, kita tidak peduli. Jika mereka, pedagang asongan mengharapkan uang untuk biaya hidup. Maka, kita hanya berharap semoga seruan kita berbuah Syurga.

Kawan,selamat berjalan di gerbong-gerbong ruang dakwah, bersabarlah dan terus bekerja!
Biar Allah, Rasul, dan orang-orang mukmin yang akan melihat kerja-kerja kita..


Gerbong Bisnis-2 kursi 16A
KA Mutiara Selatan, Bandung-Surabaya
10-11 Maret 2012

0 komentar:

Posting Komentar