Minggu, 08 Agustus 2010

Regenerasi Batik Harus Ditumbuhkan


CIREBON, (PRLM).- Regenerasi pelestarian dan pengembangan batik kepada generasi muda harus ditumbuhkan. Kalau tidak pandai memelihara keberlangsungan batik di tengah masyarakat, penetapan batik sebagai budaya bukan benda warisan manusia (intangible cultural heritage of humanity) oleh UNESCO bisa dicabut kembali.

"Pastikan ada regenerasi batik," tegas Ibu Negara, Ani Bambang Yudhoyono, saat berdialog dengan pengusaha batik se-Jawa Barat di kantor Badan Koordinator Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah III Cirebon, Selasa (9/2).

Dalam kunjunganya ke Cirebon, ibu negara didampingi istri Wakil Presiden, Herawati Boediono, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, dan Menteri ESDM, Darwin Saleh. Selain itu, turut dalam rombongan pada istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), para duta besar, dan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.

Ibu negara juga mengingatkan, kalau tidak regenerasi, batik pun bisa diklaim oleh negara lain. Dengan adanya regenerasi, lanjut ibu negara, generasi muda dapat terus mengenal hingga termotivasi untuk melestarikan dan mengembangkan batik.
"Sehingga bisa menumbuhkan kreatifitas dalam menciptakan motif-motif batik baru," katanya.(A-92/A-50)***http://www.pikiran-rakyat.com

PAMERAN PRODUK DALAM NEGERI GEDUNG SATE BANDUNG


Jum'at 5 Maret 2010 bertempat dihalaman depan Gedung Sate Bandung dilaksanakan Pameran Produk Dalam Negeri yang melibatkan seluruh Kabupaten dan Kota Se Jawa Barat.
Kegiatan tersebut merupakan dukungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat terhadap promosi Produk Dalam Negeri, sehingga diharapkan mendorong peningkatan promosi dan perluasan pangsa pasar produk Dalam Negeri. Produk-produk yang digelar terdiri dari produk kerajinan,batik,busana dan aneka makanan olahan.
Sementara itu Kota Cirebon mengirimkan Mobil Promoling lengkap dengan Produk Kerajinan,Batik dan Makanan Olahan yang mengisi salah satu lokasi yang berdampingan dengan tempat acara kegiatan.
Acara tersebut dibuka dan diresmikan oleh Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat beserta jajaran Pejabat Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Walaupun acara tersebut hanya berlangsung satu hari,namun animo pengunjung cukup antusias berbelanja di arena pameran ersebut. Dan dalam kesempatan tersebut pula, Ketua Dekranasda Propinsi Jawa Barat memberikan sambutannya yang menekankan himbauan pemakaian produk lokal.

" Dampak ACTFA dapat terkurangi dengan makin meningkatnya pemakaian produk lokal atau produk dalam negeri, pada kenyataannya produk lokal tidak kalah bagusnya dengan produk Cina. Oleh karenanya jadikanlah moment ini untuk berbelanja produk lokal dan jangan segan-segan mengeluarkan sedikit kocek untuk membantu perkembangan pengusaha poduk lokal yang nota bene pengrajin atau pengusaha kecil Jawa Barat ".
Dalam kunjungannya ke lokasi Mobil Promoling Ibu Gubernur Jawa Barat menyempatkan untuk berbelanja Batik dan Lukisan Batik Cirebon.

Halimi,SE,MM.

Dampak Lingkungan Pasca-ACFTA

China memang bukan Amerika Serikat tetapi kalau dipertarungkan dengan Indonesia keunggulan kompetitifnya lebih digdaya dari Amerika

PERDAGANGAN bebas ASEAN-China baru diberlakukan tanggal 1 Januari lalu namun dampaknya sudah kita rasakan. Makin hari makin banyak buah-buahan impor asal China membanjiri sudut-sudut kota dengan harga yang murah. Demikian juga produk mainan anak-anak.

Jauh sebelum perdagangan bebas diberlakukan, sepeda motor dan barang-barang eletroknik produk China sudah meramaikan pasaran dan menjadi alternatif pilihan di antara produk Jepang dan Korea Selatan.

Respons pun bermunculan. Ada yang meminta pemerintah bersikap tegas dengan menyeleksi produk-produk yang bisa masuk ke Indonesia.

Ada pula yang bahkan meminta untuk meninjau ulang perjanjian perdagangan bebas itu. Bagaimanakah dampaknya pada lingkungan hidup yang kondisinya memprihatinkan?

Liberalisasi perdagangan merupakan bagian dari globalisasi. Ia menjadi instrumen utama dalam mengglobalkan dunia yang penuh keragaman ini Ia menjadi sarana McDonald-isasi, waralaba yang menjadi simbol globalisasi, karena makanan cepat sajinya bercita rasa sama di manapun kita mendapatkannya.

Liberalisasi mempersyaratkan adanya keterbukaan, kebebasan, tanpa proteksi, dan subsidi. Liberalisasi pada mulanya dicetuskan melalui general agreement on tariff and trade (GATT) dengan objek barang-barang industri.

Tahun 1995, GATT menjadi World Trade Organization (WTO) yang mengatur sistem perdagangan dunia. Para pemrakarsa perdagangan bebas berargumen bahwa dengan dihapuskanya dinding tarif akan menciptakan kemakmuran negara-negara peserta.

Cara berpikir yang demikian ini rupanya diilhami oleh ajaran Adam Smith dalam bukunya the Wealth of Nations bahwa kunci kemakmuran bangsa-bangsa terletak pada pembagian kerja (division of labour), produktivitas, dan pasar.

Division labour yang dimaksud adalah bahwa masing-masing negara seharusnya mengembangkan potensi ekonominya dan kemudian dipertukarkan di pasar dunia.

Cara berpikir yang demikian didasari oleh filosofi bahwa manusia adalah makhluk ekonomi, yang senantiasa ingin memaksimalkan keuntungan. Aliran ekonomi neoklasik kemudian memperbarui konsep tersebut dengan menekankan perlunya mekanisme pasar terbuka dalam memaksimalkan sumber dalam masyarakat.

Perdagangan bebas memang merupakan instrumen dari paham neoliberalisme. Bersamaan dengan kebijakan tersebut biasanya diikuti dengan dorongan investasi asing, privatisasi, industri manufaktur berorientasi ekspor, dan penghapusan subsidi.

Dampak Buruk

Argumen proliberalisasi itu nampaknya masuk akal. Namun dalam praktiknya sering terjadi ketidakadilan. Pengalaman penerapan perdagangan bebas di Amerika Utara antara Kanada, Amerika Serikat (AS) dan Mexico yang dikenal dengan North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang telah dimulai sejak tahun 1990-an menunjukkan bahwa negara-negara yang posisinya lemah mengalami dampak buruk akibat liberalisasi perdagangan.

Arus tenaga kerja justru datang dari tenaga kerja terampil dan ahli dari Negeri Paman Sam dan bukan sebaliknya dari Mexico ke Amerika Serikat. Kanada yang di beberapa wilayahnya seperti Provinsi British Columbia memberlakukan pembatasan penangkapan ikan agar terjadi sustainable fishery, terpaksa harus mengubah kebijakannya karena dipandang sebagai penghambat liberalisasi perdagangan.

Pada awal perdagangan bebas akan diberlakukan, mereka yang menolak gagasan tersebut menulis buku berjudul If You Love Canada. Digambarkan oleh David Suzuki, seorang ilmuwan lingkungan bahwa global economics is driving us into this crazy situation (ekonomi global membawa kita pada situasi tidak menentu).

Dalam liberalisasi, ukuran kemajuan dilihat dari meningkatnya pendapatan, perdagangan dan arus barang-barang. Menurut David Suzuki, Kanada akan mengalami nasib seperti negara-negara dunia ketiga yang merusak hutan, sumber-sumber daya perikanan, tambang, pertanian demi mendapatkan uang tunai.

China memang bukan Amerika Serikat, tetapi kalau dipertarungkan dengan Indonesia keunggulan kompetitifnya lebih digdaya dari AS. Ia bukan hanya memiliki teknologi yang maju tetapi juga tenaga terampil, kreatif yang sekaligus murah karena jumlah penduduknya terbesar di dunia.

Tak pelak lagi, produk yang dihasilkan sangat kompetitif. Hampir tidak bisa dipercaya kalau jeruk santang yang kecil-kecil, jeruk mandarin, apel fujian harganya bersaing dengan jeruk medan, jeruk pontianak, dan apel malang.

Demikian juga barang-barang elektronik mulai radio, TV, VCD, kulkas, AC, sepeda motor sampai turbin pembangkit listrik berbagai jenis selalu menjadi alternatif pilihan dengan harga lebih murah.

Namun demikian pepatah rega nggawa rupa (harga identik dengan kualitas produk-Red) ternyata masih berlaku. Dari segi kualitas, produk China masih setingkat di bawah Korea dan Jepang dan tidak begitu ramah lingkungan.

Kebangkitan ekonomi China ditunjukkan dengan membeludaknya berbagai macam produk dan haus akan pasar. April 2008, diberitakan melalui internet bahwa di kereta api Jabodetabek dijajakan telur buatan China.

Bentuknya mirip dengan telur ayam broiler berwarna cokelat dengan harga hanya Rp 500 per butir. Padahal telur mentah saja di pasar harganya Rp 1.000 per butir. Telur China yang diduga buatan industri rumah tangga itu laris manis di kereta yang rata-rata penumpangnya masyarakat kelas bawah.

Seorang penumpang yang meneliti telur tersebut berkesimpulan bahwa telur tersebut bukan asli tetapi jenis makanan yang diproses secara kimiawi. Putih telurnya lebih keras, kuning telurnya tidak bulat, sekilas mirip adonan kue.

Heboh telur China ternyata juga menimpa Korea Selatan. Media Korea memberitakan proses pembuatan telur tiruan di China dan mengkawatirkan dampak buruk pada kesehatan.

Revolusi China tentu tidak akan berhenti dengan produk-produk berlimpah yang murah tetapi suatu ketika pasti akan sampai pada invasi industri. Masih segar dalam ingatan, Pemerintah Kabupaten Wonogiri berniat membangun kawasan industri China di Hutan Kethu.

Rencana itu mendapat penolakan dari berbagai pihak karena dikawatirkan merusak daerah tangkapan air yang memicu terjadinya banjir di sepanjang DAS Bengawan Solo.

Suatu ketika desakan invasi industri bukan tidak mungkin akan bisa powerful atas nama liberalisasi perdagangan. Terbitnya Perppu Nomor 1 Tahun 2004 sebagai revisi UU Nomor 41 Tahun 1999 yang mengizinkan 13 perusahaan penambangan di hutan lindung menjadi bukti akan tingginya daya tawar investasi atas pelestarian lingkungan.

Kita memang tidak mungkin mengisolisasi diri di era globalisasi ini, namun harus hati-hati dan waspada agar tidak terjerumus dalam kesengsaraan. (10)

— Sudharto P Hadi, guru besar, dosen manajemen lingkungan Universitas Diponegoro
http://suaramerdeka.com

Keunggulan Batik Trusmi Cirebon

oleh Komarudin Kudiya

Keunggulan Batik Trusmi Cirebon

Pada even pameran batik di Jakarta maupun di kota lain seringkali pengunjung menanyakan kepada saya “Apa sih keunggulan batik Trusmi atau batik Cirebonan dibanding dengan batik-batik yang berasal dari daerah lain?”.

Menurut pendapat saya bahwa pada dasarnya batik-batik yang dihasilkan oleh sentra-sentra kerajinan batik di berbagai daerah pada umumnya bagus-bagus serta memiliki corak motif batik yang beragam. Dengan demikian sifat khas dan keunikan batik-batik daerah tersebut tidak bisa dikatakan batik yang satu lebih baik dari daerah lainnya. Keunikan motif serta corak yang dihasilkan dari batik-batik di berbagai daerah merupakan kekuatan dan kekayaan yang sangat luar biasa, khususnya bagi kebudayaan batik Indonesia.

Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang di miliki oleh bangsa Indonesia. Yang sangat membanggakan kita semua adalah, pada tiap-tiap daerah memiliki desain serta motif-motif yang khas dengan penamaan motif yang menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Misalnya saja motif batik dari Aceh ada Pintu Aceh, Cakra Doenya, Bungong Jeumpa. Dari Riau ada Itik Pulang Petang, Kuntum Bersanding, Awan Larat dan Tabir. Batik dari Jawa diantaranya Jelaprang (Pekalongan), Sida Mukti, Sida Luhur (Solo), Patran Keris, Paksinaga Liman, Sawat Penganten (Cirebon), dll.

Untuk mengetahui tentang bukti banyaknya kekayaan desain motif-motif batik Indonesia contoh yang paling sederhana bisa dilihat di wilayah Jawa Barat, di wilayah ini terdapat puluhan sentra batik diantaranya dari wilyah paling Timur ada Cirebon, wilayah bagian Utara ada Indramayu, kemudian ke arah bagian Barat dan Selatan terdapat Kabupaten Ciamis, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut. Walaupun masih dalam satu propinsi dan kultur budaya yang sama (budaya Sunda), namun bisa kita temui adanya perbedaan motif dan ragam hias batik yang jauh berbeda antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya. Seperti pada daerah Cirebon dengan Indramayu memiliki karakter dan desain motif yang berbeda, terlebih lagi antara daerah Cirebon dan Garut memiliki perbedaan motif, corak serta ragam hias yang sangat signifikan perbedaannya. Perbedaan itu dipengaruhi oleh kultur budaya dan tingkat keahlian dari para pengrajin batiknya. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat batik relatif sama baik dari bentuk canting, bentuk cap maupun jenis lilinnya. Namun ketika proses produksi berjalan ada kalanya kondisi unsur air tanah dengan kualitas PH yang berbeda-beda bisa mempengaruhi hasil pewarnaan akhir. Demikian pula dengan sifat kesabaran dan keuletan pengrajin batik di tiap-tiap daerah, juga akan bisa mempengaruhi kualitas akhir batik yang dihasilkannya.

Daerah sentra produksi batik Cirebon berada di desa Trusmi Plered Cirebon yang konon letaknya di luar Kota Cirebon sejauh 4 km menuju arah barat atau menuju arah Bandung. Di desa Trusmi dan sekitarnya terdapat lebih dari 1000 tenaga kerja atau pengrajin batik. Tenaga kerja batik tersebut berasal dari beberapa daerah yang ada di sekitar desa Trusmi, seperti dari desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali dan Kalitengah.

Secara umum batik Cirebon termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran, namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi diantaranya seperti motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo dan lain-lain.

Beberapa hal penting yang bisa dijadikan keunggulan atau juga merupakan ciri khas yang dimiliki oleh batik Cirebon adalah sbb:

a. Desain batik Cirebonan yang bernuansa klasik tradisional pada umumnya selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian-bagian motif tertentu. Disamping itu terdapat pula unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utamanya.

b. Batik Cirebonan klasik tradisional selalu bercirikan memiliki warna pada bagian latar (dasar kain) lebih muda dibandingkan dengan warna garis pada motif utamanya.

c. Bagian latar atau dasar kain biasanya nampak bersih dari noda hitam atau warna-warna yang tidak dikehendaki pada proses pembuatan. Noda dan warna hitam bisa diakibatkan oleh penggunaan lilin batik yang pecah, sehingga pada proses pewarnaan zat warna yang tidak dikehendaki meresap pada kain.

d. Garis-garis motif pada batik Cirebonan menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil) kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua dibandingkan dengan warna latarnya. Hal ini dikarenakan secara proses batik Cirebon unggul dalam penutupan (blocking area) dengan menggunakan canting khusus untuk melakukan proses penutupan, yaitu dengan menggunakan canting tembok dan bleber (terbuat dari batang bambu yang pada bagian ujungnya diberi potongan benang-benang katun yang tebal serta dimasukkan pada salah satu ujung batang bambu).

e. Warna-warna dominan batik Cirebonan klasik tradisional biasanya memiliki warna kuning (sogan gosok), hitam dan warna dasar krem, atau berwarna merah tua, biru tua, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading.

f. Batik Cirebonan cenderung memilih sebagian latar kainnya dibiarkan kosong tanpa diisi dengan ragam hias berbentuk tanahan atau rentesan (ragam hias berbentuk tanaman ganggeng). Bentuk ragam hias tanahan atau rentesan ini biasanya digunakan oleh batik-batik dari Pekalongan.

Masih dengan batik Cirebonan, namun mempunyai ciri yang berbeda dengan yang sebelumnya yaitu kelompok batik Cirebonan Pesisiran. Batik Cirebonan Pesisiran sangat dipengaruhi oleh karakter masyarakat pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh budaya asing. Perkembangan pada masa sekarang, pewarnaan yang dimiliki oleh batik Cirebonan lebih beraneka warna dan menggunakan unsur-unsur warna yang lebih terang dan cerah, serta memiliki bentuk ragam hias yang bebas dengan memadukan unsur binatang dan bentuk-bentuk flora yang beraneka rupa.

Pada daerah sekitar pelabuhan biasanya banyak orang asing yang singgah, berlabuh hingga terjadi perkawinan etnis yang berbeda (asimilasi), maka batik Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima pengaruh budaya dari luar yang dibawa oleh pendatang. Sehingga batik Cirebon yang satu ini lebih cenderung untuk bisa memenuhi atau mengikuti selera konsumen dari berbagai daerah (lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan dan komersialitas), sehingga warna-warna batik Cirebonan Pesisiran lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna. Produksi batik Cirebonan pada masa sekarang terdiri dari batik Tulis, batik Cap dan batik kombinasi tulis cap. Pada tahun 1990 – 2000 ada sebagian masyarakat pengrajin batik Cirebonan yang memproduksi kain bermotif batik Cirebonan dengan teknik sablon tangan (hand printing), namun belakangan ini teknik sablon tangan hampir punah, dikarenakan kalah bersaing dengan teknik sablon mesin yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Pertumbuhan batik Trusmi nampak bergerak dengan cepat mulai tahun 2000, hal ini bisa dilihat dari bermunculan showroom-showroom batik yang berada di sekitar jalan utama desa Trusmi dan Panembahan. Pemilik showroom batik Trusmi hampir seluruhnya dimiliki oleh masyarakat Trusmi asli walaupun ada satu atau dua saja yang dimiliki oleh pemilik modal dari luar Trusmi.

Perajin Minta Batik Trusni Cirebon Dipatenkan

CIREBON, KOMPAS.com--Pengusaha batik Cirebon minta pemerintah segera mematenkan batik Trusmi sebagai salah satu khasanah kekayaan budaya Nusantara dari Cirebon.

"Pemerintah perlu segera mematenkan batik Trusmi Cirebon sebagai salah satu kekayaan intelektual masyarakat Indonesia khususnya Cirebon. Kami tidak rela kalau nasib batik Trusmi Cirebon suatu saat diklaim negara lain," ujar H Katura, pengusaha Batik Trusmi, Senin.

Jumlah motif batik khas Trusmi sudah mengalami banyak kemajuan hingga sekarang sudah tercatat lebih dari 400 motif baru.

"Kami berencana mengajukan hak paten 400 motif asli Batik Trusmi sehingga tidak ada lagi pihak luar yang mengklaim batik khas Cirebon ," tegas Katura.

Diakuinya, seiring perkembangan zaman, para pengrajin batik Cirebon banyak membuat kreasi-kreasi baru terhadap motif batiknya. Sehingga sebenarnya masih banyak motif batik Cirebon yang belum terdata.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil pendataan yang sudah ada ini, Katura mengharapkan perhatian pemerintah daerah untuk segera mematenkan batik Cirebon sambil terus memperbarui data setiap motif batik yang baru.

Sementara itu, Kepala Badan Koordinas Pembangunan dan Pemerintahan (BKPP) Wilayah Cirebon Ano Sutrisno mengakui hingga saat ini masih banyak kesenian dan kebudaaan daerah khas Cirebon yang belum mempunyai sertifikat hak paten.

Selama ini, lanjut Ano, pengakuan kesenian dan budaya Cirebon baru dikenal masyarakat secara lisan saja. "Banyak kalangan yang sudah mengakui secara lisan bahwa kesenian Cirebon seperti Sintren dan Tari Topeng atau makanan khas Jamblang, empal gentong serta kerajinan batik Trusmi sebagai khas daerah Cirebon. Namun belum dipatenkan," ujar Ano.

Menyikapi keinginan para pengusaha batik tadi, Ano sudah berencana akan melakukan koordinasi dengan para kepala daerah untuk membahas aset seni dan budaya serta kuliner khas Cirebon ini untuk masa depan. "Sudah seharusnya para kepala daerah mulai aktif mendata dan melestarikan kekayaan seni, budaya dan kuliner daerahnya masing-masing ," ujar Ano.

Batik Trusmi: Potensi Bisnis dan Simbol Budaya

Dalam waktu tak lama lagi, sebuah museum batik akan dibuka di London, Inggris. Fiona Kerlogue, seorang antropolog yang jatuh cinta pada kain batik Indonesia, menyatakan hal itu dalam pertemuan perhimpunan Indonesia-Inggris (Anglo-Indonesian Society) di Kedutaan Besar Indonesia di London, pekan ini.

Fiona, yang mengaku mengenal batik pertama kali dari buku “The History of Java” (1817) karya Sir Stamford Raffles, mengatakan museum itu akan memajang karya-karya batik Indonesia.

Berkat Raffles, seni kerajinan batik memang telah lama dikenal di mancanegara, namun baru dalam beberapa tahun terakhir batik memperoleh perhatian luas baik sebagai karya budaya maupun sebagai komoditi. Dalam sebuah bazar amal di London pekan ini pula, misalnya, Putri Alexandra, salah seorang anggota keluarga Kerajaan Inggris, menyatakan kekagumannya pada jenis kerajinan kain ini ketika mengunjungi anjungan Indonesia.

Di lingkungan bisnis, kerajinan batik juga memikat pengusaha mancanegara. Pada 2004, misalnya, salah satu konglomerat Jepang, Kageshima, telah menjalin kontrak bisnis untuk memasarkan Batik Trusmi asal Plered, Cirebon.

Pasang naik minat terhadap batik ini membuka peluang bagi pengembangan sentra batik Trusmi, yang dalam bebeapa dasawarsa terakhir mengalami kelesuan. Di banyak daerah kerajinan batik memang cenderung punah digerus oleh laju industri tekstil modern.

Dari Plered Kageshima dikabarkan memesan beberapa jenis produk yang telah ditentukan dari Jepang. Desainnya secara umum ditentukan dari perusahaan raksasa itu, hanya saja corak batiknya diserahkan kepada perajin Plered sendiri. Beberapa jenis produk yang dipesan ialah futon, sejenis bed cover, obi (ikat pinggang), piama dan kimono.

Namun, kontrak bisnis semacam ini masih terbatas. Dalam beberapa tahun terakhir masih saja terdengar perajin Batik Trusmi mengeluh soal sulitnya pemasaran. Hingga belakangan ini sebagian besar produsen batik Trusmi masih mengandalkan penjualan di daerah Trusmi dan Cirebon saja.

Kendala lain: usaha batik Trusmi masih mengandalkan pasokan kain untuk pengerjaan batik dari Pekalongan. Cirebon belum punya produsen kain yang bisa memproduksi kain katun dan sutra dalam jumlah besar. Kendala ini membuat produsen sulit memenuhi pesanan dalam jumlah besar.

Beberapa kendala ini perlu menjadi bahan pemikiran bersama. Walau belum sepopuler batik Yogya, dari segi kualitas Batik Trusmi yang didominasi motip megamendung sudah mampu bersaing dengan batik Yogya, Solo dan Pekalongan. Perluasan bisnis batik, sampai ke mancanegara, akan menjamin Batik Trusmi tidak semata menjadi tumpuan ekonomi sebagian warga, melainkan menjadi simbol yang membawa harum nama Cirebon dan sekitarnya secara internasional.

Ragam hias batik Cirebon tidak terlepas dari sejarah pembauran kepercayaan, seni dan budaya yang dibawa etnis dan bangsa pada masa lampau. Sebelum abad ke-20, Cirebon yang memiliki pelabuhan laut menjadi sebuah kota perdagangan hasil bumi antar pulau yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai etnis, serta saudagar asal Cina maupun Timur Tengah.

Pertemuan antar etnis dan budaya melalui jalur perdagangan ini telah memberi akses pengaruh terhadap corak seni budaya daerah Cirebon. Bentuk binatang khayal berupa singa barong dan peksi naga liman merupakan wujud perpaduan budaya Cina, Arab dan Hindu terlukis pula pada ragam hias batik Trusmi.

Tak hanya batiknya yang bisa dijual. Sentra batik Trusmi sendiri sebenarnya memiliki potensi menjadi sebuah objek wisata belanja dan wisata sejarah yang sangat menarik.

Kisah membatik Desa Trusmi berawal dari peranan Ki Gede Trusmi. Salah seorang pengikut setia Sunan Gunung Jati ini mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan Islam. Sampai sekarang, makam Ki Gede masih terawat baik, malahan setiap tahun dilakukan upacara cukup khidmat, upacara Ganti Welit (atap rumput) dan Ganti Sirap setiap empat tahun.

Trusmi bisa dikemas dalam satu paket tujuan wisata bersama objek wisata lain di Cirebon, seperti Keraton Kanoman dan Kasepuhan serta objek wisata sejarah yang banyak tersebar di Cirebon, Majalengka, Kuningan dan Indramayu.

Kebangkitan kembali Trusmi menuntut kerjasama luas berbagai pihak, tak hanya dari kalangan pengusaha, namun dari lingkungan pemasaran wisata, dukungan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat seperti Yayasan Batik Indonesia, dan dari kalangan pendidik ketrampilan yang bisa menjamin kelestarian dan bahkan peningkatan ketrampilan batik Trusmi.***


dari blog asep>

REKLAMASI PANTAI CIREBON SEBAGAI ALTERNATIF PEMEKARAN KOTA

REKLAMASI PANTAI CIREBON SEBAGAI ALTERNATIF PEMEKARAN KOTA
PENDAHULUAN

Dengan luas lahan hanya 3.735,8 ha, Kota Cirebon tergolong kota dengan wilayah kabupaten / kota paling kecil di Jawa Barat. Tetapi meskipun luasannya kecil, Kota Cirebon termasuk kota yang cukup sibuk dengan berbagai aktifitas perdagangan dan jasanya. Ini bisa dibuktikan dengan melihat kalau jumlah penduduk kota cirebon yang tidak sampai 300.000 jiwa, tetapi banyaknya orang yang melakukan aktifitasnya di kota cirebon terutama pada siang hari mendekati 1.000.000 jiwa. Sehingga memang bisa dipastikan kalau kota cirebon tidak saja melayani warga kota cirebon saja, tetapi juga warga masyarakat dari wilayah sekitar seperti; kabupaten cirebon, kabupaten kuningan, kabupaten indramayu, dan kabupaten majalengka bahkan dari kabupaten brebes dan kabupaten/kota tegal. Dengan kondisi lahan yang relative datar dan infrastruktur kota yang cukup lengkap memang sangat memudahkan bagi para pelaku kegiatan melakukan aktifitasnya, ditambah dengan posisinya yang strategis berada pada jalur transportasi utama pulau jawa, sangat memudahkan siapapun untuk mengakses ke wilayah/ kota lain mana saja di pulau jawa.

Dengan banyaknya warga masyarakat yang melakukan kegiatan di kota cirebon, sementara lahan kota sangat terbatas, lama kelamaan kota memang terasa mulai sesak. Hampir seluruh jalan-jalan utama kota saat ini mulai berubah fungsi menjadi kawasan jasa dan perdagangan. Kemacetan lalu lintas mulai ditemukan pada beberapa ruas jalan sebagai akibat semakin bertambah banyaknya jumlah kendaraan bermotor, sementara volume jalan kota tidak pernah bertambah. Perlahan namum pasti kawasan permukiman mulai bergeser ke pinggiran kota, merubah lahan-lahan pertanian yang semula hijau menjadi lahan-lahan yang ditumbuhi dinding-dinding beton dengan perkerasan semen ataupun aspal. Akibatnya wilayah resapan air pun mulai ikut berkurang, sehingga ancaman banjir selalu menghantui warga masyarakat mana kala musim hujan tiba.


LAHAN KOTA TERBATAS

Dari luas yang ada, hampir 70 % atau 2.570,70 ha nya adalah lahan yang terbangun. Dan pada lahan yang terbangun itulah hampir seluruh fungsi kota berebut tempat seperti ; fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, pelabuhan, fasilitas perdagangan, perkantoran, perhotelan, permukiman, transportasi, dan lain sebagainya. Dengan lahan terbatas dan banyaknya fungsi yang harus diwadahi, maka tidak aneh kalau fasilitas-fasilitas tadi hanya menempati lahan-lahan yang tidak terlalu luas di kota cirebon ini. Dengan kata lain laju kebutuhan akan lahan dikota cirebon memang cukup pesat. Banyaknya pelaku-pelaku ekonomi berskala nasional yang bermain dikota cirebon ini, semakin memacu berkembangnya aktifitas yang memerlukan lahan yang cukup luas.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan beberapa usaha diantaranya adalah pengereman laju kebutuhan akan lahan dan pemekaran kota. Seiring dengan perkembangan kota cirebon dan kemudahan transportasi dengan kota-kota lain, langkah pertama kelihatannya sangat sulit untuk dilakukan. Apalagi sebagai kota perdagangan dan jasa, kota cirebon tidak bisa membatasi orang untuk melakukan aktifitasnya dikota ini. Jadi cara kedua, Pemekaran kota adalah cara yang paling realistis untuk mengembangkan kota cirebon. Pemekaran kota dapat dilakukan ke arah vertikal dan juga horisontal ( ke arah darat atau ke arah laut ). Kalau pemekaran kota ke arah vertikal, investasi yang dibutuhkan akan sangat mahal dan membutuhkan teknologi tinggi. Sehinga cukup sulit dan butuh waktu lama. Pemekaran ke arah horisontal ke darat, yang berarti harus mengambil lahan wilayah lain, dalam era ’otonomi daerah’ saat ini tampaknya hanya akan memancing konflik antar wilayah saja. Pemekaran ke arah horisontal ke laut, ini yang paling memungkinkan. Apalagi ditambah kondisi pantai cirebon yang sering mengalami sedimentasi ( pengendapan ), akan mempermudah dan mempercepat proses Pemekaran kota . Dan saat inipun sebenarnya wilayah kota cirebon diperkirakan sudah bertambah luasnya ke arah laut kurang lebih seluas 74 ha.


REKLAMASI

Reklamasi adalah meningkatkan sumber daya lahan dari yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat ditinjau dari sudut lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai ekonomi lahan. Untuk kota cirebon, yang perlu dilakukan adalah Reklamasi perairan pantai untuk mengubah perairan pantai menjadi daratan demi memenuhi kebutuhan akan lahan kota, meningkatkan kualitas dan nilai ekonomis kawasan pantai, dan menata serta memperbaiki kawasan tata ruang pantai juga sistem drainase perkotaan. Beberapa hal yang menguntungkan reklamasi ini diantaranya adalah daerah pantai akan tertata baik dan bebas banjir, menambah luas lahan kota dan pengembangan wisata bahari. Sementara kalau tidak dilakukan reklamasi yang terjadi adalah ; ancaman terhadap kelestarian hutan mangrove oleh pemukim liar, laut tetap tidak berkembang dan akan selalu menjadi sisi belakang kota ( tempat buangan sampah ), pantai terlihat kumuh dan tidak tertata, ancaman banjir kawasan pesisir pantai tidak berkurang karena perubahan tata guna lahan didaerah hulu tetap berlangsung, serta ancaman limbah perkotaan juga tetap tidak berkurang.

Reklamasi perairan pantai ini dapat dilakukan guna memenuhi kebutuhan akan lahan untuk fungsi-fungsi seperti ; kawasan perdagangan, kawasan pariwisata dan hiburan, kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan perkantoran dan bisnis, serta prasarana kota lainnya. Sehingga pada masa yang akan datang kota cirebon akan menjadi ” WATER FRONT CITY ”, kota yang bercirikan pantai dan menghadap ke laut. Perlu diketahui bahwa 60 % dari total penduduk dunia tinggal di kawasan pesisir pantai, dan 2 / 3 kota-kota besar dunia terdapat di wilayah pesisir.

Reklamasi perairan pantai tidak dapat dilakukan tanpa melalui kajian-kajian yang matang, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum reklamasi dilakukan ,seperti ; apakah usaha lain untuk memenuhi kebutuhan akan lahan sudah dilakukan , apakah dampak negatif akibat pelaksanaan reklamasi ini dapat diatasi atau ditekan sebesar mungkin, apakah dengan adanya reklamasi kondisi lokasi akan menjadi lebih baik, lebih tertata, lebih bernilai ekonomis, dan lingkungan menjadi lebih berkualitas, atau apakah sebagian besar masyarakat sekitar mendapatkan keuntungan dengan adanya kegiatan tersebut. Jadi lebih baik memang kalau reklamasi tidak saja menguntungkan investornya saja, tetapi juga menguntungkan bagi masyarakat dan pemerintah kota. Oleh karena itu pemerintah kota cirebon harus lebih agresif mendekati pengusaha baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk mau menanamkan investasinya di kota ini. Sangat tepat kiranya kalau pemerintah kota cirebon saat ini merencanakan untuk membentuk semacam satuan unit kerja Kantor Penanaman Modal.

Disamping kajian yang matang ada juga dampak yang harus kita perhitungkan sebelum reklamasi kita lakukan, diantaranya seperti ; peningkatan potensi banjir dikawasan pantai, pencemaran pantai pada saat pelaksanaan pembangunan, potensi terjadi kerusakan pantai dan kerusakan instalasi bawah air , potensi terjadi gangguan terhadap lingkungan, peningkatan potensi gangguan pada borrow area, kepemilikan tanah hasil reklamasi, dan juga perubahan rencana tara ruang dan tata guna lahan. Untuk dampak mengeliminir atau menghilangkan dampak-dampak tadi diperlukan upaya engineering dan juga penetapan aturan atau undang-undang oleh pemerintah kota. Saya yakin dengan bersama-sama antara pemerintah kota, masyarakat dan kalangan pengusaha akan dapat mewujudkan harapan kita akan Kota Cirebon sebagai kota pantai yang maju dan berkembang dengan segala macam aktiftasnya.

Potensi Cirebon

Cirebon; Kota Udang Dengan Segala Potensinya PDF Cetak E-mail
Selasa, 13 April 2010 21:21

Cirebon; Kota Udang Dengan Segala Potensinya

Oleh: Masitoh Yusuf


Kota Cirebon adalah sebuah kota mandiri terbesar kedua di Provinsi Jawa Barat, setelah ibukota Jawa Barat, yakni kota Bandung. Kota ini terletak di pesisir Laut Jawa, pada jalur pantura. Jalur Pantura Jakarta - Cirebon - Semarang merupakan jalur terpadat di Indonesia. Kota Cirebon juga adalah kota terbesar keempat di wilayah Pantura setelah Jakarta, Surabaya, dan Semarang.


Karena letaknya yang amat strategis yaitu pada persimpangan antara Jakarta, Bandung, dan Semarang, menjadikan kota Cirebon sangat cocok dan potensial untuk berinvestasi dalam segala bidang investasi seperti hotel, rumah makan, pusat perbelanjaan, maupun pendidikan. Sehingga Kota Cirebon merupakan pilihan yang sangat tepat untuk berinvestasi. Dengan didukung oleh kegiatan ekonomi yang baik dan terpadu menjadikan Kota Cirebon berkembang menjadi Kota Metropolitan ketiga di Jawa Barat setelah metropolitan BoDeBeK( Bogor, Depok, Bekasi) yang merupakan hinterland/kota penyangga bagi ibukota Jakarta dan Metropolitan Bandung.



Kota Cirebon merupakan pusat bisnis, industri, dan jasa di wilayah Jawa Barat bagian timur dan utara. Banyak sekali industri baik skala kecil, menengah, maupun besar menanamkan modalnya di kota wali ini (Cirebon). Dengan didukung oleh banyaknya orang-orang yang bekerja, beraktifitas dan menuntut ilmu di kota Cirebon, sekitar kurang lebih 1 juta orang, menjadikan kota Cirebon lebih hidup. Pembangunan di Kota Cirebon juga menggeliat dan menunjukkan respons positif, hal ini terbukti dengan banyaknya bangunan-bangunan besar dan tinggi yang berada di jalan-jalan utama kota Cirebon.


Saat ini, wajah kota Cirebon telah berubah, menjadi kota modern mandiri ketiga di Pulau Jawa bagian Barat setelah Jakarta dengan kota-kota satelitnya ( Bogor, Depok, Banten, dan Bekasi) dan Bandung Raya dengan kota-kota satelitnya ( Tasikmalaya, Cimahi, Subang, Purwakarta, Cianjur, dan Garut). Kini pemerintah wilayah Cirebon sedang giat-giatnya mengembangkan potensi wilayah kota Cirebon Metropolitan dengan kota-kota satelitnya ( Indramayu, Majalengka, Kuningan, dan sebagian Jawa Tengah bagian Barat yakni Tegal, Brebes, Purwokerto, dan Pekalongan). Dahulu Cirebon merupakan ibu kota Kesultanan Cirebon dan Kabupaten Cirebon, namun ibu kota Kabupaten Cirebon kini telah dipindahkan ke Sumber.


Cirebon juga disebut dengan julukan 'Kota Udang' dan 'Kota Wali'. Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Sunda dan Jawa.


Untuk mewujudkan kota Cirebon sesuai dengan fungsinya yang diarahkan sebagai kota perdagangan dan jasa, kota pelabuhan, kota industri, dan kota budaya dan pariwisata, maka peluang atau prospek kota Cirebon dapat diidentifikasikan sebagai berikut :


Masih terdapatnya lahan yang kosong dan komersil yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perekonomian yang letaknya tersebar diseluruh wilayah kota Cirebon seperti untuk kegiatan perdagangan dan jasa, perumahan wisata, industri, dan lain-lain.


Lahan pertanian yang masih luas di pinggiran Kota Cirebon yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrobisnis. Sumber daya laut di sepanjang pantai kota Cirebon yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan wisata laut, agro industri, dan sebagainya.


Terdapat juga pelabuhan Cirebon dan Kejawanan atau pelabuhan perikanan yang masih terbuka untuk kegiatan industri, perdagangan (ekspor, impor, antar daerah atau pulau).


Jumlah penduduk yang cukup dapat dikembangkan dan dilatih agar dapat ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan yang didukung oleh sejumlah perguruan tinggi dan sekolah kejuruan. Tersedianya infrastruktur atau sarana atau prasarana penunjang kegiatan perekonomian seperti listrik, air, telekomunikasi, jalan, dan lain-lain.


Untuk sektor-sektor unggulan yang mempunyai potensi dan peluang yang bisa dikembangkan oleh pengusaha atau investor baik ber-fasilitas (Penanaman Modal Asing) dan non fasilitas (Penanaman Modal Swasta Nasional) adalah sebagai berikut: Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Sektor Industri Non Migas; Sektor Listrik, Gas dan Air Minum; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pertanian, Peternakan dan Perikanan.


Tanaman pangan meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan, tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, umbi-umbian, dan kacang-kacangan. Produksi tanaman bahan makanan pada tahun 2003 mayoritas mengalami peningkatan. Produksi tanaman sayur-sayuran yang ada di kota Cirebon terdiri dari delapan komoditas.


Saat ini, kota Cirebon tengah gencar-gencarnya menggalakkan CPC (Cirebon Promotion Center). Cirebon Promotion Center (CPC) adalah sebuah lembaga Non Pemerintah yang didirikan dan difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Cirebon melalui Program Pendanaan Kompetisi (PPK) yang berfungsi sebagai pusat promosi investasi, produk dan pariwisata.


Kota Cirebon sebagai kota perdagangan dan jasa mempunyai berbagai potensi yang cukup besar, baik potensi ekonomi, industri, perdagangan, budaya dan pariwisata yang masih belum tergali secara optimal dan dapat dikembangkan ke arah yang lebih baik guna menunjang pertumbuhan ekonomi.


Sebagai pusat pengembangan ekonomi lokal, regional dan nasional maka Kota Cirebon diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat informasi bagi pengembangan Potensi Ciayumajakuning yang akan ditampilkan melalui Website sehingga diharapkan dapat terjadi Telemarketing, Directmail untuk menarik Traders, Tourist dan Investor.


Sejak awal Tahun 2007, CPC akhirnya dilanjutkan dengan dana APBD Kota Cirebon 2007. Hal ini tidak menjadikan surut dalam upaya Pengembangan Promosi Produk Unggulan Daerah Kota Cirebon, bahkan tahun 2007 hampir semua produk binaan CPC ikut digelar dalam berbagai Event Pameran Regional dan Nasional bersama-sama Dekranasda dan Disperindag Kota Cirebon.

Jumat, 14 Mei 2010

Muhammad Al Fatih "Sang Penakluk"

(Sumber: Orhan Basarab, “Sultan Mehmed II Sang Pembantai Dracula”, Yogyakarta: Darul Ikhsan, Cet. I, Januari 2008)

Semenjak hari pertama menjadi sultan, Mehmed II telah mematrikan tekad untuk mewujudkan cita-cita leluhurnya, menaklukkan Konstantinopel. Oleh karena itu, ia segera menyiapkan segala sesuatunya untuk mewujudkan cita-cita itu. Birokrasi kerajaan ia rapikan. Tentara perang ia tata. Strategi ia matangkan.

Bagi Mehmed II menaklukkan Konstantinopel memang tidak mudah. Sebagai benteng Kristen di Eropa dan Asia, tentu pasukan Salib akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan diri. Ini terbukti bahwa sejak kakek buyutnya penaklukan Konstantinopel tak pernah bisa terwujud. Sudah ratusan ribu pasukan telah dikerahkan, namun benteng Konstantinopel tak bisa ditembus. Pada masa kakeknya misalnya, pasukan Turki Ottoman telah berhasil mengepung Konstantinopel sehingga bisa memaksa Kaisar Konstantinopel pada waktu itu menyerah. Akan tetapi, keberhasilan yang sudah berada di depan mata itu akhirnya berantakan ketika tentara Mongol yang dipimpin Timurlenk menyerang Turki Ottoman.

Menghadapi kondisi yang sulit tersebut maka mau tak mau kakek Mehmed II, Bezayid, menarik pasukannya dari Konstantinopel. Belajar dari kegagalan demi kegagalan tersebut maka selain mempersiapkan kekuatan militer, Mehmed II juga mempelajari segala hal tentang Konstantinopel. Salah satu yang ia pelajari adalah mitologi tentang kota tua itu. Sepanjang hari ia habiskan waktunya di perpustakaan. Buku-buku kuno ia buka dan baca halaman demi halaman. Ia berusaha terus mencari rahasia di balik benteng-benteng Konstantinopel sehingga kota itu tak mudah dirobohkan.

Setelah sekian lama menyusuri isi buku demi buku akhirnya Mehmed II menemukan apa yang dicarinya. Dalam sebuah buku dijelaskan tentang keyakinan rakyat Konstantinopel. Mereka, rakyat Konstantinopel, percaya bahwa kota mereka akan selalu dilindungi oleh bulan purnama. Bagi mereka bulan purnama ibarat payung suci yang akan selalu memberikan berkah pada Konstantinopel. Pertama kali membaca mitologi ini awalnya Mehmed II tidak begitu hirau. Akan tetapi, setelah merenungkannya akhirnya ia memperoleh pelajaran yang cukup berharga, yang kelak pelajaran tersebut akan ia gunakan ketika menyerang Konstantinopel. Begitu mendapatkan apa yang telah dicarinya, rasa percaya Mehmed II semakin bertambah. Ia yakin Konstantinopel akan dapat dikuasai.

Kini secara mental Mehmed II telah siap. Sekarang tinggal bagaimana ia mempersiapkan pasukannya. Turki Ottoman memang telah memiliki yanisari, sebuah pasukan khusus yang andal. api Mehmed II menyadari kalau hal ini tidak akan cukup untuk bisa mengalahkan Konstantinopel. Maka ia mengundang beberapa ahli pembuatan misau dan pengolahan logam. Selama beberapa hari mereka mengadakan diskusi yang mendalam tentang pembuatan senjata baru. Dan, akhirnya mereka mampu mengembangkan meriam jenis baru. Meriam ini diberi nama Orhan. Para sejarawan mencatat bahwa meriam yang dibuat tersebut–diberi nama Meriam Raja–merupakan meriam terbesar pada masa itu, beratnya ratusan ton dan memerlukan ratusan tentara untuk mengangkatnya.

Jam telah berganti hari. Hari berganti bulan. Dan, persiapan pun semakin matang. Pada titik akhir persiapan Mehmed II telah berhasil mengumpulkan 250.000 pasukan, jumlah ini lebih besar dari kekuatan militer manapun. Selama bertahun-tahun pasukan tersebut telah dilatih untuk menghadapi segala macam medan pertempuran.

Setelah persiapan militer ia anggap cukup, Mehmed II membuat perjanjian damai dengan musuh-musuhnya. Perjanjian yang dibuat antara lain dengan Kerajaan Galata. Strategi ini ternyata cukup ampuh. Adanya perjanjian-perjanjian tersebut membuat Bizantium panik. Oleh karena itu, tak mengherankan kalau mereka mencoba membujuk Mehmed II agar menghentikan serangan. Akan tetapi, usaha itu sia-sia. Mehmed II bergeming. Ia teguh pada pendiriannya.

Strategi selanjutnya yang dilakukan Mehmed II adalah menguasai kota Rumeli. Kota ini terletak di Selat Bhosphorus, di antara tebing yang memisahkan Eropa dan Asia. Sejak lama kota ini mempunyai peran yang penting bagi pelayaran dunia. Kapal dari Eropa yang hendak ke Asia, dan begitu sebaliknya, selalu melalui kota ini. Dengan direbutnya kota tersebut oleh pasukan Mehmed II maka jalan untuk menguasai Konstantinopel tinggal sejengkal lagi.

Penyerangan
Pasukan telah dikerahkan meninggalkan ibu kota Turki Ottoman. Di barisan paling depan panji-panji bulan sabit berkibar-kibar tertepa angin. Di belakangnya para prajurit berjalan dengan tatapan penuh dengan keyakinan. Ketika kaki-kaki mulai meninggalkan gerbang kota, rakyat berdiri di pinggir jalan, memberikan semangat pada pasukan yang akan maju berperang. Hal ini tentu saja menambah semangat para prajurit semakin bergemuruh. Mereka semakin yakin kalau kemenangan itu akan datang.

6 April 1453 dan hari-hari berikutnya
Pasukan Turki Ottoman sampai di pintu gerbang Konstantinopel. Begitu sampai di tempat tersebut Sultan Mehmed II segera berpidato pada pasukannya. Dalam pidatonya Sultan Mehmed II menyampaikan bahwa tinggal selangkah lagi mengalahkan Konstantinopel, dan tinggal umat Islam sendiri mau atau tidak mewujudkan impian itu. Pidato itu disambut dengan suka cita oleh para pasukan. Semangat mereka membuncah. Suara teriakan mereka membelah cakrawala Konstantinopel.

Keesokan harinya, Sultan Mehmed II membagi pasukannya menjadi tiga lapis. Lapis pertama terdiri dari kesatuan Yanisari dan pasukan terlatih lainnya. Mereka ini bertugas menembus benteng Konstantinopel. Kemudian lapisan kedua dan ketiga terdiri dari pasukan penyangga yang bertugas membantu pasukan lapisan pertama. Dengan posisi ini diharapkan serangan dapat dilakukan secara terus-menerus.

Sejarah Yanisari tak bisa dilepaskan dari munculnya Kapikulu. Kapikulu merupakan pasukan khusus yang pada awalnya digunakan untuk mengawal dan melindungi keluarga kerajaan. Sebagian besar anggota Kapikulu merupakan tawanan perang yang kemudian memluk agama Islam. Mereka ini kemudian dilatih untuk menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dengan tugas utama mengawal raja dan keluarga kerajaan dari ancaman musuh. Nah, dari anggota Kapikulu yang terbaik inilah kemudian direkrut menjadi anggota Yanisari.

Keanggotaan Yanisari semakin meningkat ketika Murad II (Mehmed I, ayah Mehmed II) naik tahta. Selain untuk melawan kekuatan Orde Naga, pasukan khusus yang dimiliki pasukan Salib, Yanisari juga digunakan untuk melindungi sang sultan dari serangan lawan-lawan politik—masa Murad II merupakan masa perang saudara yang berlangsung cukup lama. Sebagai anggota Yanisari selain mengambil prajurit terbaik dari Kapikulu, Murad II juga merekrut pemuda-pemuda Turki dan sanak keluarganya.

Sebagai pasukan khusus dan organisasi rahasia, perekrutan Yanisari sangat tertutup. Siapapun yang menjadi anggota Yanisari maka keluarganya tidak ada yang mengetahui. Dan, kerahasiaan tersebut akan dijaga sampai ajal menjemput. Guna menjaga agar kerahasiaan tersebut tetap terjaga maka sistem perekrutan yang digunakan adalah berdasarkan sistem keluarga. Misalnya, ketika sang bapak menjadi anggota Yanisari maka ia akan merekrut anak tertuanya. Biasanya sang anak akan benar-benar direkrut setelah menginjak usia 24 atau 25. Tradisi inilah yang terus dijaga oleh Yanisari sampai berabad-abad kemudian.

Anggota Yanisari mendapatkan gaji tetap dari kerajaan yang akan dibayarkan setiap tiga bulan sekali. Mereka juga diberikan semacam lencana khusus oleh sultan untuk membedakan dengan prajurit lainnya. Lencana inilah yang akan diwariskan kepada anaknya bila si bapak akan pensiun.

Sebagai pasukan khusus, anggota Yanisari dilengkapi dengan senjata api. Pada masanya, senjata api merupakan senjata paling modern, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menggunakannya. Selain senjata api mereka juga dilengkapi dengan granat tangan.

Selain dilatih cara berperang, anggota Yanisari juga dilatih ketrampilan lainnya. Ketrampilan-ketrampilan yang diajarkan adalah cara memasak, mengobati, menyiapkan senjata, memasang tenda, dan kerja-kerja teknis yang lainnya. Dengan kemampuan yang beragam tersebut diharapkan anggota Yanisari mampu bertahan dalam segala situasi.

Komando Yanisari dipegang langsung oleh sultan, Dan, hanya sultan pula yang mengetahui siapa saja yang menjadi anggota Yanisari. Dengan sistem ini tak mengherankan kalau Yanisari berkembang sangat solid dan rahasia.

Sementara itu di laut, kapal-kapal Turki Ottoman telah disiapkan pula. Empat ratus kapal sudah siap melakukan serangan dari lautan. Dari kejauhan kapal-kapal tersebut mirip dengan kotak korek api yang tertata dengan rapi. Persiapan yang dilakukan di laut memang tak semulus di daratan. Ketika akan memasuki Tanjung Emas, kapal-kapal tersebut terhalang oleh rantai-rantai besar yang dipasang oleh Bizantium. Sehingga banyak kapal yang berada di tempat tersebut terjebak dan akhirnya karam. Angkatan laut Turki Ottoman berusaha mematahkan rantai-rantai tersebut, tapi tak berhasil. Situasi semakin sulit ketika pasukan salib dari Eropa datang untuk membantu angkatan laut Bizantium. Perang panah pun terjadi di lautan. Anak-anak panah melesat seperti ribuan burung srigunting.

Kegagalan di laut tak membuat pasukan Turki Ottoman yang berada di daratan patah arang. Mereka mulai melakukan serangan. Benteng Konstantinopel selain dihujani dengan anak panah juga dengan hantaman peluru yang berasal dari meriam. Akibatnya, beberapa bagian benteng Konstantinopel roboh. tentu saja situasi ini membuat pasukan Bizantium panik karena selama ini belum ada yang bisa merobohkan benteng Konstantinopel. Situasi yang semakin kritis membuat Kaisar Bizantium berusaha terus-menerus memberikan semangat pada prajuritnya. Ia meyakinkan kalau Konstantinopel tidak akan jatuh karena akan dilindungi oleh Yesus dan Maria. Ia pun melakukan misa di gereja Hagia Sophia.

Hampir selama satu bulan pasukan Bizantium bisa mempertahankan benteng Konstantinopel. Serangan-serangan yang dilakukan oleh pasukan Turki Ottoman memang berhasil membuat beberapa bagian benteng roboh, tapi tetap tidak bisa menembus benteng. Inilah yang membuat semangat pasukan Bizantium meningkat. Mereka meyakini kata-kata kaisar mereka bahwa Konstantinopel akan selalu dilindungi oleh Yesus dan Maria.

Selama masa penyerangan pasukan Turki Ottoman ini, Kaisar Bizantium berusaha untuk membujuk Sultan Mehmed II. Ia menawarkan daerah-daerah lain yang dimilikinya asalkan Sultan Mehmed II menghentikan serangan terhadap Konstantinopel. Akan tetapi, tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh Sultan Mehmed II. Sang sultan menjawab tawaran tersebut dengan mengirimkan surat. Surat itu berbunyi:

“Wahai Kaisar Bizantium, jika engkau rela menyerahkan Konstantinopel maka aku bersumpah bahwa tentaraku tidak akan mengancam nyawa, harta, dan kehormatan rakyat Konstantinopel. Aku akan melindungi rakyatmu yang ingin tinggal dan hidup di Konstantinopel. Dan, bagi rakyatmu yang akan meninggalkan Konstantinopel maka keamanan mereka akan dijamin.”

Karena tidak ada titik temu maka pertempuran pun terus berlanjut. Pada tanggal 18 April pasukan Turki Ottoman kembali melakukan serangan besar-besaran. Serangan ini mampu merobohkan benteng Konstantinopel yang berada di Lembah Lycos. Selain serangan darat, pasukan Turki Ottoman juga menggencarkan serangan dari laut. Armada laut Turki Ottoman berusaha untuk menerobos rantai-rantai bergerigi yang dipasang oleh pasukan Bizantium. Akan tetapi, usaha ini belum juga menemukan keberhasilan. Akibatnya banyak kapal perang Turki Ottoman yang tenggelam. Hal ini menyebabkan sebagian besar pasukan yang ada di laut pupus harapan. Pada kondisi seperti ini

Sultan Mehmed II segera memberikan suntikan semangat pada prajuritnya. Ia berkata, “Kalian tawan semua kapal Bizantium atau kalian semua tenggelam.” Selesai mengucapkan kata-kata itu ia memacu kudanya sampai ke bibir pantai. Lecutan semangat dari sang sultan itu mampu membangkitkan kembali moral pasukan Turki Ottoman. Mereka kembali bertempur, berusaha menerjang rantai-rantai di lautan. Namun sekali lagi usaha ini tidak berhasil. Pasukan laut Bizantium yang telah bergabung dengan pasukan Salib berhasil menghadang gerak maju pasukan Turki Ottoman.

Kegagalan serangan laut itu membuat gusar Sultan Mehmed II. Ia segera memecat panglima angkatan laut, Palta Oglu, menggantikannya dengan Hamzah Pasha. Sementara itu, moral prajurit Turki Ottoman kembali meluruh. Keadaan inilah yang mendorong Khalil Pasha, wazir Turki Ottoman, mengusulkan pada Sultan Mehmed II untuk membatalkan serangan dan menerima kesepakatan yang ditawarkan oleh Kaisar Konstantinopel. Jelas, usul tersebut ditolak mentah-mentah oleh Sultan Mehmed II. Sebagai pewaris Kesultanan Turki Ottoman ia tidak akan menyerah begitu saja. Maka ia berpikir keras agar jalan buntu itu bisa diurai. Ia mempunyai keyakinan pasti ada jalan keluar untuk bisa menerobos Tanjung Emas. Dan benar, setelah berpikir dengan serius akhirnya Sultan Mehmed II menemukan ide yang menakjubkan, yaitu memindahkan kapal dari lautan lewat darat.

Begitu mendapatkan ide “gila”, pada malam harinya Sultan Mehmed II memerintahkan agar prajuritnya memindahkan kapal perang dari laut ke darat. Awalnya ide ini dijalankan dengan setengah hati oleh para prajurit Turki Ottoman karena mengira sultan mereka telah gila akibta tidak berhasil melakukan serangan dari laut. Akan tetapi, setelah Sultan Mehmed II menjelaskan secara rinci bagaimana cara memindahkan kapal-kapal itu, mereka mulai bisa menerima

Awalnya Sultan Mehmed II memerintahkan pada prajuritnya untuk mengumpulkan kayu gelondongan dan minyak goreng. Kayu-kayu tersebut kemudian diolesi dengan minyak goreng sehingga menjadi licin. Setelah semuanya siap kemudian sang sultan memerintahkan agar kapal-kapal perang mulai ditarik ke daratan dengan menjadikan kayu-kayu gelondongan sebagai rodanya. Para prajurit bekerja keras menjalankan perintah sultannya. Mereka terus bekerja sepanjang malam.

Pada malam itu, dengan diterangi bintang gemintang, kapal-kapal perang Turki Ottoman mulai berlayar di daratan. Kapal-kapal tersebut melintasi lembah dan bukit. Sebuah peristiwa yang kelihatannya tidak masuk akal. Akhirnya, berkat kerja keras pasukan Turki Ottoman, ketika pagi telah pecah di ufuk timur, 70 kapal perang Turki Ottoman telah berpindah lokasi, berhasil melintasi Tanjung Emas lewat daratan, melintasi Besiktas ke Galata.

Rakyat Bizantium begitu terkejut melihat peristiwa “kapal-kapal yang berlayar di daratan”. Mereka tak percaya dengan kejadian yang mereka lihat. Karena tak percaya, sebagian dari mereka menggosok-gosok mata, dan sebagian yang lain mencubit diri mereka sendiri untuk memastikan bahwa semuanya bukan mimpi. Tapi kenyataan memang kenyataan. Setelah yakin bahwa peristiwa yang mereka lihat adalah kenyataan, tuduhan-tuduhan pun mulai terlontar. Sebagian dari mereka berpandangan bahwa pasukan Turki Ottoman pastilah dibantu oleh jin dan setan. Sementara itu, Yilmaz Oztuna, penulis buku “Osmanli Tarihi”, menceritakan bagaimana seorang ahli sejarah Bizantium berkata, “Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal ajaib seperti ini. Muhammad al-Fatih telah menukar darat menjadi lautan, melayarkan kapalnya di puncak gunung dan bukannya di ombak lautan. Sesungguhnya Muhammad al-Fatih dengan usahanya ini telah mengungguli yang pernah dilakukan Alexander the Great!”

Begitulah keajaiban itu terjadi. Sampai saat ini usaha Sultan Mehmed II tersebut masih dikenang.

Ide Sultan Mehmed II yang awalnya dianggap sebelah mata oleh orang-orang terdekatnya, ternyata setelah berhasil berdampak luar biasa. Rasa percaya diri pasukan Turki Ottoman kembali terlecut. Mereka tak lesu lagi dan siap melancarkan serangan kembali. Serangan mematikan pun tinggal menunggu waktu.

Ketika purnama telah berlalu Sultan Mehmed II merencanakan serangan itu dilancarkan. Mengapa ia memilih serangan pada saat ini? Dari membaca buku-buku tentang mitologi masyarakat Konstantinopel ia mendapatkan bahwa mereka percaya bahwa selama bulan purnama maka kota mereka akan selalu dilindungi. Karena kepercayaan ini maka baik prajurit maupun masyarakat Konstantinopel akan yakin bahwa mereka tak akan bisa dikalahkan. Inilah yang menyebabkan mereka sulit dikalahkan. Oleh karena itu, ketika purnama telah berlalu Sultan Mehmed II melancarkan serangan terakhir.

Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Mehmed II memerintahkan agar dibuat terowongan untuk menembus benteng Konstantinopel. Maka ketika serangan diputuskan, pasukan Turki Ottoman mulai memasuki terowongan.

27 Mei 1453
Sebelum serangan dimulai, Sultan Mehmed II dan pasukannya menjalankan shalat. Seusai shalat mereka kemudian berdoa, meminta kepada Allah swt agar kemenangan yang sudah berada di depan mata itu menjadi kenyataan. Sementara itu, penduduk Konstantinopel juga melakukan hal serupa. Mereka menggelar misa di gereja Hagia Sophia.

29 Mei 1453
Malam telah melewati ambang. Hanya gemintang yang menemani malam. tak ada secuil pun cahaya purnama. Pada saat inilah pasukan Turki Ottoman melakukan serangan besar-besaran. Pasukan Turki Ottoman berusaha memasuki benteng Konstantinopel. Kali ini pasukan Turki Ottoman terdiri dari tiga lapis. Lapis pertama terdiri dari pasukan yang berasal dari Anatolia, sedangkan lapis kedua dan ketiga merupakan kesatuan Yanisari.

Melihat serangan besar-besaran ini, Giustiniani–salah satu panglima Bizantium–menyarankan agar Constantine mundur. Akan tetapi, saran tersebut ditolak oleh Constantine. Beberapa ahli sejarah menceritakan bahwa Constantine melepas baju perang dan kemudian bertempur bersama pasukannya. Dan, setelah perang usai jasadnya tidak pernah ditemukan.

Akhirnya, setelah berperang selama sebulan pasukan Turki Ottoman bisa menguasai kota Konstantinopel melalui pintu Edinerne. Begitu memasuki kota Konstantinopel, Sultan Mehmed II dalam pidatonya menyatakan akan melindungi seluruh penduduk kota itu yang menyerahkan diri. Ia juga berjanji melindungi tempat-tempat ibadah, baik milik orang-orang Kristen maupun Yahudi. Rupanya ia mengikuti yang dilakukan Saladin ketika menaklukkan Yerusalem. Pidato yang terkenal ini disampaikan Sultan Mehmed II di pelataran Hagia Sophia, di hadapan penduduk Konstantinopel.

Ketika Konstantinopel benar-benar bisa direbut, Mehmed II berkata, “…sesungguhnya kalian melihat aku gembira sekali. Kegembiraanku ini bukanlah semata-mata karena kejayaan kita menaklukkan kota ini. Akan tetapi karena di sisiku hadir syeikhku yang mulia, dialah pendidikku, asy-Syeikh Ak Semsettin.”

Konstantinopel telah berhasil ditaklukkan. Ramalan itu terwujud sudah. Benteng Salib pun telah berhasil dipatahkan oleh Sang Penakluk.

Memuliakan Wanita



Rabi’ bin Khaitsam adalah seorang pemuda yang terkenal ahli ibadah dan tidak mau mendekati tempat maksiat sedikit pun. Jika berjalan pandangannya teduh tertunduk. Meskipun masih muda, kesungguhan Rabi’ dalam beribadah telah diakui oleh banyak ulama dan ditulis dalam banyak kitab. Imam Abdurrahman bin Ajlan meriwayatkan bahwa Rabi’ bin Khaitsam pernah shalat tahajjud dengan membaca surat Al Jatsiyah. Ketika sampai pada ayat keduapuluh satu, ia menangis. Ayat itu artinya, ” Apakah orang-orang yang membuat kejahatan (dosa) itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka sama dengan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka. Amat buruklah apa yang mereka sangka itu! “

Seluruh jiwa Rabi’ larut dalam penghayatan ayat itu. Kehidupan dan kematian orang berbuat maksiat dengan orang yang mengerjakan amal shaleh itu tidak sama! Rabi’ terus menangis sesenggukan dalam shalatnya. Ia mengulang-ngulang ayat itu sampai terbit fajar.

Kesalehan Rabi’ sering dijadikan teladan. Ibu-ibu dan orang tua sering menjadikan Rabi’ sebagai profil pemuda alim yang harus dicontoh oleh anak-anak mereka. Memang selain ahli ibadah, Rabi’ juga ramah. Wajahnya tenang dan murah senyum kepada sesama.

Namun tidak semua orang suka dengan Rabi’. Ada sekelompok orang ahli maksiat yang tidak suka dengan kezuhudan Rabi’. Sekelompok orang itu ingin menghancurkan Rabi’. Mereka ingin mempermalukan Rabi’ dalam lembah kenistaan. Mereka tidak menempuh jalur kekerasan, tapi dengan cara yang halus dan licik. Ada lagi sekelompok orang yang ingin menguji sampai sejauh mana ketangguhan iman Rabi’.

Dua kelompok orang itu bersekutu. Mereka menyewa seorang wanita yang sangat cantik rupanya. Warna kulit dan bentuk tubuhnya mempesona. Mereka memerintahkan wanita itu untuk menggoda Rabi’ agar bisa jatuh dalam lembah kenistaan. Jika wanita cantik itu bisa menaklukkan Rabi’, maka ia akan mendapatkan upah yang sangat tinggi, sampai seribu dirham. Wanita itu begitu bersemangat dan yakin akan bisa membuat Rabi’ takluk pada pesona kecantikannya.

Tatkala malam datang, rencana jahat itu benar-benar dilaksanakan. Wanita itu berdandan sesempurna mungkin. Bulu-bulu matanya dibuat sedemikian lentiknya. Bibirnya merah basah. Ia memilih pakaian sutera yang terindah dan memakai wewangian yang merangsang. Setelah dirasa siap, ia mendatangi rumah Rabi’ bin Khaitsam. Ia duduk di depan pintu rumah menunggu Rabi’ bin Khaitsam datang dari masjid.

Suasana begitu sepi dan lenggang. Tak lama kemudian Rabi’ datang. Wanita itu sudah siap dengan tipu dayanya. Mula-mula ia menutupi wajahnya dan keindahan pakaiannya dengan kain hitam. Ia menyapa Rabi’,

” Assalaamu’alaikum, apakah Anda punya setetes air penawar dahaga? ” ” Wa’alaikumussalam. Insya Allah ada. Tunggu sebentar.” Jawab Rabi’ tenang sambil membuka pintu rumahnya. Ia lalu bergegas ke belakang mengambil air. Sejurus kemudian ia telah kembali dengan membawa secangkir air dan memberikannya pada wanita bercadar hitam.

” Bolehkah aku masuk dan duduk sebentar untuk minum. Aku tak terbiasa minum dengan berdiri.” Kata wanita itu sambil memegang cangkir. Rabi’ agak ragu, namun mempersilahkan juga setelah membuka jendela dan pintu lebar-lebar. Wanita itu lalu duduk dan minum. Usai minum wanita itu berdiri. Ia beranjak ke pintu dan menutup pintu. Sambil menyandarkan tubuhnya ke daun pintu ia membuka cadar dan kain hitam yang menutupi tubuhnya. Ia lalu merayu Rabi’ dengan kecantikannya.

Rabi’ bin Khaitsam terkejut, namun itu tak berlangsung lama. Dengan tenang dan suara berwibawa ia berkata kepada wanita itu, ” Wahai saudari, Allah berfirman, ” Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. ” Allah yang Maha pemurah telah menciptakan dirimu dalam bentuk yang terbaik. Apakah setelah itu kau ingin Dia melemparkanmu ke tempat yang paling rendah dan hina, yaitu neraka?!

” Saudariku, seandainya saat ini Allah menurunkan penyakit kusta padamu. Kulit dan tubuhmu penuh borok busuk. Kecantikanmu hilang. Orang-orang jijik melihatmu. Apakah kau juga masih berani bertingkah seperti ini ?!

” Saudariku, seandainya saat ini malaikat maut datang menjemputmu, apakah kau sudah siap? Apakah kau rela pada dirimu sendiri menghadap Allah dengan keadaanmu seperti ini? Apa yang akan kau katakan kepada malakaikat munkar dan nakir di kubur? Apakah kau yakin kau bisa mempertanggungjawabkan apa
yang kau lakukan saat ini pada Allah di padang mahsyar kelak?! “

Suara Rabi’ yang mengalir di relung jiwa yang penuh cahaya iman itu menembus hati dan nurani wanita itu. Mendengar perkataan Rabi’ mukanya menjadi pucat pasi. Tubuhnya bergetar hebat. Air matanya meleleh. Ia langsung memakai kembali kain hitam dan cadarnya. Lalu keluar dari rumah Rabi’ dipenuhi rasa takut kepada Allah swt. Perkataan Rabi’ itu terus terngiang di telinganya dan menggedor dinding batinnya, sampai akhirnya jatuh pingsan di tengah jalan. Sejak itu ia bertobat dan berubah menjadi wanita ahli ibadah.

Orang-orang yang hendak memfitnah dan mempermalukan Rabi’ kaget mendengar wanita itu bertobat. Mereka mengatakan, ” Malaikat apa yang menemani Rabi’. Kita ingin menyeret Rabi’ berbuat maksiat dengan wanita cantik itu, ternyata justru Rabi’ yang membuat wanita itu bertobat! “

Rasa takut kepada Allah yang tertancap dalam hati wanita itu sedemikian dahsyatnya. Berbulan-bulan ia terus beribadah dan mengiba ampunan dan belas kasih Allah swt. Ia tidak memikirkan apa-apa kecuali nasibnya di akhirat. Ia terus shalat, bertasbih, berzikir dan puasa. Hingga akhirnya wanita itu wafat dalam keadaan sujud menghadap kiblat. Tubuhnya kurus kering kerontang seperti batang korma terbakar di tengah padang pasir.

dari catatan Roni Irmunika
Sumber : Buku ” Di Atas Sajadah Cinta. Kisah-Kisah Teladan Islami Peneguh Iman dan Penenteram Jiwa – Habiburrahman El Shirazy “