Minggu, 08 Agustus 2010

Regenerasi Batik Harus Ditumbuhkan


CIREBON, (PRLM).- Regenerasi pelestarian dan pengembangan batik kepada generasi muda harus ditumbuhkan. Kalau tidak pandai memelihara keberlangsungan batik di tengah masyarakat, penetapan batik sebagai budaya bukan benda warisan manusia (intangible cultural heritage of humanity) oleh UNESCO bisa dicabut kembali.

"Pastikan ada regenerasi batik," tegas Ibu Negara, Ani Bambang Yudhoyono, saat berdialog dengan pengusaha batik se-Jawa Barat di kantor Badan Koordinator Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah III Cirebon, Selasa (9/2).

Dalam kunjunganya ke Cirebon, ibu negara didampingi istri Wakil Presiden, Herawati Boediono, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, dan Menteri ESDM, Darwin Saleh. Selain itu, turut dalam rombongan pada istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), para duta besar, dan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.

Ibu negara juga mengingatkan, kalau tidak regenerasi, batik pun bisa diklaim oleh negara lain. Dengan adanya regenerasi, lanjut ibu negara, generasi muda dapat terus mengenal hingga termotivasi untuk melestarikan dan mengembangkan batik.
"Sehingga bisa menumbuhkan kreatifitas dalam menciptakan motif-motif batik baru," katanya.(A-92/A-50)***http://www.pikiran-rakyat.com

PAMERAN PRODUK DALAM NEGERI GEDUNG SATE BANDUNG


Jum'at 5 Maret 2010 bertempat dihalaman depan Gedung Sate Bandung dilaksanakan Pameran Produk Dalam Negeri yang melibatkan seluruh Kabupaten dan Kota Se Jawa Barat.
Kegiatan tersebut merupakan dukungan Pemerintah Propinsi Jawa Barat terhadap promosi Produk Dalam Negeri, sehingga diharapkan mendorong peningkatan promosi dan perluasan pangsa pasar produk Dalam Negeri. Produk-produk yang digelar terdiri dari produk kerajinan,batik,busana dan aneka makanan olahan.
Sementara itu Kota Cirebon mengirimkan Mobil Promoling lengkap dengan Produk Kerajinan,Batik dan Makanan Olahan yang mengisi salah satu lokasi yang berdampingan dengan tempat acara kegiatan.
Acara tersebut dibuka dan diresmikan oleh Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat beserta jajaran Pejabat Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Walaupun acara tersebut hanya berlangsung satu hari,namun animo pengunjung cukup antusias berbelanja di arena pameran ersebut. Dan dalam kesempatan tersebut pula, Ketua Dekranasda Propinsi Jawa Barat memberikan sambutannya yang menekankan himbauan pemakaian produk lokal.

" Dampak ACTFA dapat terkurangi dengan makin meningkatnya pemakaian produk lokal atau produk dalam negeri, pada kenyataannya produk lokal tidak kalah bagusnya dengan produk Cina. Oleh karenanya jadikanlah moment ini untuk berbelanja produk lokal dan jangan segan-segan mengeluarkan sedikit kocek untuk membantu perkembangan pengusaha poduk lokal yang nota bene pengrajin atau pengusaha kecil Jawa Barat ".
Dalam kunjungannya ke lokasi Mobil Promoling Ibu Gubernur Jawa Barat menyempatkan untuk berbelanja Batik dan Lukisan Batik Cirebon.

Halimi,SE,MM.

Dampak Lingkungan Pasca-ACFTA

China memang bukan Amerika Serikat tetapi kalau dipertarungkan dengan Indonesia keunggulan kompetitifnya lebih digdaya dari Amerika

PERDAGANGAN bebas ASEAN-China baru diberlakukan tanggal 1 Januari lalu namun dampaknya sudah kita rasakan. Makin hari makin banyak buah-buahan impor asal China membanjiri sudut-sudut kota dengan harga yang murah. Demikian juga produk mainan anak-anak.

Jauh sebelum perdagangan bebas diberlakukan, sepeda motor dan barang-barang eletroknik produk China sudah meramaikan pasaran dan menjadi alternatif pilihan di antara produk Jepang dan Korea Selatan.

Respons pun bermunculan. Ada yang meminta pemerintah bersikap tegas dengan menyeleksi produk-produk yang bisa masuk ke Indonesia.

Ada pula yang bahkan meminta untuk meninjau ulang perjanjian perdagangan bebas itu. Bagaimanakah dampaknya pada lingkungan hidup yang kondisinya memprihatinkan?

Liberalisasi perdagangan merupakan bagian dari globalisasi. Ia menjadi instrumen utama dalam mengglobalkan dunia yang penuh keragaman ini Ia menjadi sarana McDonald-isasi, waralaba yang menjadi simbol globalisasi, karena makanan cepat sajinya bercita rasa sama di manapun kita mendapatkannya.

Liberalisasi mempersyaratkan adanya keterbukaan, kebebasan, tanpa proteksi, dan subsidi. Liberalisasi pada mulanya dicetuskan melalui general agreement on tariff and trade (GATT) dengan objek barang-barang industri.

Tahun 1995, GATT menjadi World Trade Organization (WTO) yang mengatur sistem perdagangan dunia. Para pemrakarsa perdagangan bebas berargumen bahwa dengan dihapuskanya dinding tarif akan menciptakan kemakmuran negara-negara peserta.

Cara berpikir yang demikian ini rupanya diilhami oleh ajaran Adam Smith dalam bukunya the Wealth of Nations bahwa kunci kemakmuran bangsa-bangsa terletak pada pembagian kerja (division of labour), produktivitas, dan pasar.

Division labour yang dimaksud adalah bahwa masing-masing negara seharusnya mengembangkan potensi ekonominya dan kemudian dipertukarkan di pasar dunia.

Cara berpikir yang demikian didasari oleh filosofi bahwa manusia adalah makhluk ekonomi, yang senantiasa ingin memaksimalkan keuntungan. Aliran ekonomi neoklasik kemudian memperbarui konsep tersebut dengan menekankan perlunya mekanisme pasar terbuka dalam memaksimalkan sumber dalam masyarakat.

Perdagangan bebas memang merupakan instrumen dari paham neoliberalisme. Bersamaan dengan kebijakan tersebut biasanya diikuti dengan dorongan investasi asing, privatisasi, industri manufaktur berorientasi ekspor, dan penghapusan subsidi.

Dampak Buruk

Argumen proliberalisasi itu nampaknya masuk akal. Namun dalam praktiknya sering terjadi ketidakadilan. Pengalaman penerapan perdagangan bebas di Amerika Utara antara Kanada, Amerika Serikat (AS) dan Mexico yang dikenal dengan North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang telah dimulai sejak tahun 1990-an menunjukkan bahwa negara-negara yang posisinya lemah mengalami dampak buruk akibat liberalisasi perdagangan.

Arus tenaga kerja justru datang dari tenaga kerja terampil dan ahli dari Negeri Paman Sam dan bukan sebaliknya dari Mexico ke Amerika Serikat. Kanada yang di beberapa wilayahnya seperti Provinsi British Columbia memberlakukan pembatasan penangkapan ikan agar terjadi sustainable fishery, terpaksa harus mengubah kebijakannya karena dipandang sebagai penghambat liberalisasi perdagangan.

Pada awal perdagangan bebas akan diberlakukan, mereka yang menolak gagasan tersebut menulis buku berjudul If You Love Canada. Digambarkan oleh David Suzuki, seorang ilmuwan lingkungan bahwa global economics is driving us into this crazy situation (ekonomi global membawa kita pada situasi tidak menentu).

Dalam liberalisasi, ukuran kemajuan dilihat dari meningkatnya pendapatan, perdagangan dan arus barang-barang. Menurut David Suzuki, Kanada akan mengalami nasib seperti negara-negara dunia ketiga yang merusak hutan, sumber-sumber daya perikanan, tambang, pertanian demi mendapatkan uang tunai.

China memang bukan Amerika Serikat, tetapi kalau dipertarungkan dengan Indonesia keunggulan kompetitifnya lebih digdaya dari AS. Ia bukan hanya memiliki teknologi yang maju tetapi juga tenaga terampil, kreatif yang sekaligus murah karena jumlah penduduknya terbesar di dunia.

Tak pelak lagi, produk yang dihasilkan sangat kompetitif. Hampir tidak bisa dipercaya kalau jeruk santang yang kecil-kecil, jeruk mandarin, apel fujian harganya bersaing dengan jeruk medan, jeruk pontianak, dan apel malang.

Demikian juga barang-barang elektronik mulai radio, TV, VCD, kulkas, AC, sepeda motor sampai turbin pembangkit listrik berbagai jenis selalu menjadi alternatif pilihan dengan harga lebih murah.

Namun demikian pepatah rega nggawa rupa (harga identik dengan kualitas produk-Red) ternyata masih berlaku. Dari segi kualitas, produk China masih setingkat di bawah Korea dan Jepang dan tidak begitu ramah lingkungan.

Kebangkitan ekonomi China ditunjukkan dengan membeludaknya berbagai macam produk dan haus akan pasar. April 2008, diberitakan melalui internet bahwa di kereta api Jabodetabek dijajakan telur buatan China.

Bentuknya mirip dengan telur ayam broiler berwarna cokelat dengan harga hanya Rp 500 per butir. Padahal telur mentah saja di pasar harganya Rp 1.000 per butir. Telur China yang diduga buatan industri rumah tangga itu laris manis di kereta yang rata-rata penumpangnya masyarakat kelas bawah.

Seorang penumpang yang meneliti telur tersebut berkesimpulan bahwa telur tersebut bukan asli tetapi jenis makanan yang diproses secara kimiawi. Putih telurnya lebih keras, kuning telurnya tidak bulat, sekilas mirip adonan kue.

Heboh telur China ternyata juga menimpa Korea Selatan. Media Korea memberitakan proses pembuatan telur tiruan di China dan mengkawatirkan dampak buruk pada kesehatan.

Revolusi China tentu tidak akan berhenti dengan produk-produk berlimpah yang murah tetapi suatu ketika pasti akan sampai pada invasi industri. Masih segar dalam ingatan, Pemerintah Kabupaten Wonogiri berniat membangun kawasan industri China di Hutan Kethu.

Rencana itu mendapat penolakan dari berbagai pihak karena dikawatirkan merusak daerah tangkapan air yang memicu terjadinya banjir di sepanjang DAS Bengawan Solo.

Suatu ketika desakan invasi industri bukan tidak mungkin akan bisa powerful atas nama liberalisasi perdagangan. Terbitnya Perppu Nomor 1 Tahun 2004 sebagai revisi UU Nomor 41 Tahun 1999 yang mengizinkan 13 perusahaan penambangan di hutan lindung menjadi bukti akan tingginya daya tawar investasi atas pelestarian lingkungan.

Kita memang tidak mungkin mengisolisasi diri di era globalisasi ini, namun harus hati-hati dan waspada agar tidak terjerumus dalam kesengsaraan. (10)

— Sudharto P Hadi, guru besar, dosen manajemen lingkungan Universitas Diponegoro
http://suaramerdeka.com

Keunggulan Batik Trusmi Cirebon

oleh Komarudin Kudiya

Keunggulan Batik Trusmi Cirebon

Pada even pameran batik di Jakarta maupun di kota lain seringkali pengunjung menanyakan kepada saya “Apa sih keunggulan batik Trusmi atau batik Cirebonan dibanding dengan batik-batik yang berasal dari daerah lain?”.

Menurut pendapat saya bahwa pada dasarnya batik-batik yang dihasilkan oleh sentra-sentra kerajinan batik di berbagai daerah pada umumnya bagus-bagus serta memiliki corak motif batik yang beragam. Dengan demikian sifat khas dan keunikan batik-batik daerah tersebut tidak bisa dikatakan batik yang satu lebih baik dari daerah lainnya. Keunikan motif serta corak yang dihasilkan dari batik-batik di berbagai daerah merupakan kekuatan dan kekayaan yang sangat luar biasa, khususnya bagi kebudayaan batik Indonesia.

Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang di miliki oleh bangsa Indonesia. Yang sangat membanggakan kita semua adalah, pada tiap-tiap daerah memiliki desain serta motif-motif yang khas dengan penamaan motif yang menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Misalnya saja motif batik dari Aceh ada Pintu Aceh, Cakra Doenya, Bungong Jeumpa. Dari Riau ada Itik Pulang Petang, Kuntum Bersanding, Awan Larat dan Tabir. Batik dari Jawa diantaranya Jelaprang (Pekalongan), Sida Mukti, Sida Luhur (Solo), Patran Keris, Paksinaga Liman, Sawat Penganten (Cirebon), dll.

Untuk mengetahui tentang bukti banyaknya kekayaan desain motif-motif batik Indonesia contoh yang paling sederhana bisa dilihat di wilayah Jawa Barat, di wilayah ini terdapat puluhan sentra batik diantaranya dari wilyah paling Timur ada Cirebon, wilayah bagian Utara ada Indramayu, kemudian ke arah bagian Barat dan Selatan terdapat Kabupaten Ciamis, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut. Walaupun masih dalam satu propinsi dan kultur budaya yang sama (budaya Sunda), namun bisa kita temui adanya perbedaan motif dan ragam hias batik yang jauh berbeda antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya. Seperti pada daerah Cirebon dengan Indramayu memiliki karakter dan desain motif yang berbeda, terlebih lagi antara daerah Cirebon dan Garut memiliki perbedaan motif, corak serta ragam hias yang sangat signifikan perbedaannya. Perbedaan itu dipengaruhi oleh kultur budaya dan tingkat keahlian dari para pengrajin batiknya. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat batik relatif sama baik dari bentuk canting, bentuk cap maupun jenis lilinnya. Namun ketika proses produksi berjalan ada kalanya kondisi unsur air tanah dengan kualitas PH yang berbeda-beda bisa mempengaruhi hasil pewarnaan akhir. Demikian pula dengan sifat kesabaran dan keuletan pengrajin batik di tiap-tiap daerah, juga akan bisa mempengaruhi kualitas akhir batik yang dihasilkannya.

Daerah sentra produksi batik Cirebon berada di desa Trusmi Plered Cirebon yang konon letaknya di luar Kota Cirebon sejauh 4 km menuju arah barat atau menuju arah Bandung. Di desa Trusmi dan sekitarnya terdapat lebih dari 1000 tenaga kerja atau pengrajin batik. Tenaga kerja batik tersebut berasal dari beberapa daerah yang ada di sekitar desa Trusmi, seperti dari desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali dan Kalitengah.

Secara umum batik Cirebon termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran, namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi diantaranya seperti motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo dan lain-lain.

Beberapa hal penting yang bisa dijadikan keunggulan atau juga merupakan ciri khas yang dimiliki oleh batik Cirebon adalah sbb:

a. Desain batik Cirebonan yang bernuansa klasik tradisional pada umumnya selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian-bagian motif tertentu. Disamping itu terdapat pula unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utamanya.

b. Batik Cirebonan klasik tradisional selalu bercirikan memiliki warna pada bagian latar (dasar kain) lebih muda dibandingkan dengan warna garis pada motif utamanya.

c. Bagian latar atau dasar kain biasanya nampak bersih dari noda hitam atau warna-warna yang tidak dikehendaki pada proses pembuatan. Noda dan warna hitam bisa diakibatkan oleh penggunaan lilin batik yang pecah, sehingga pada proses pewarnaan zat warna yang tidak dikehendaki meresap pada kain.

d. Garis-garis motif pada batik Cirebonan menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil) kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua dibandingkan dengan warna latarnya. Hal ini dikarenakan secara proses batik Cirebon unggul dalam penutupan (blocking area) dengan menggunakan canting khusus untuk melakukan proses penutupan, yaitu dengan menggunakan canting tembok dan bleber (terbuat dari batang bambu yang pada bagian ujungnya diberi potongan benang-benang katun yang tebal serta dimasukkan pada salah satu ujung batang bambu).

e. Warna-warna dominan batik Cirebonan klasik tradisional biasanya memiliki warna kuning (sogan gosok), hitam dan warna dasar krem, atau berwarna merah tua, biru tua, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading.

f. Batik Cirebonan cenderung memilih sebagian latar kainnya dibiarkan kosong tanpa diisi dengan ragam hias berbentuk tanahan atau rentesan (ragam hias berbentuk tanaman ganggeng). Bentuk ragam hias tanahan atau rentesan ini biasanya digunakan oleh batik-batik dari Pekalongan.

Masih dengan batik Cirebonan, namun mempunyai ciri yang berbeda dengan yang sebelumnya yaitu kelompok batik Cirebonan Pesisiran. Batik Cirebonan Pesisiran sangat dipengaruhi oleh karakter masyarakat pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh budaya asing. Perkembangan pada masa sekarang, pewarnaan yang dimiliki oleh batik Cirebonan lebih beraneka warna dan menggunakan unsur-unsur warna yang lebih terang dan cerah, serta memiliki bentuk ragam hias yang bebas dengan memadukan unsur binatang dan bentuk-bentuk flora yang beraneka rupa.

Pada daerah sekitar pelabuhan biasanya banyak orang asing yang singgah, berlabuh hingga terjadi perkawinan etnis yang berbeda (asimilasi), maka batik Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima pengaruh budaya dari luar yang dibawa oleh pendatang. Sehingga batik Cirebon yang satu ini lebih cenderung untuk bisa memenuhi atau mengikuti selera konsumen dari berbagai daerah (lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan dan komersialitas), sehingga warna-warna batik Cirebonan Pesisiran lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna. Produksi batik Cirebonan pada masa sekarang terdiri dari batik Tulis, batik Cap dan batik kombinasi tulis cap. Pada tahun 1990 – 2000 ada sebagian masyarakat pengrajin batik Cirebonan yang memproduksi kain bermotif batik Cirebonan dengan teknik sablon tangan (hand printing), namun belakangan ini teknik sablon tangan hampir punah, dikarenakan kalah bersaing dengan teknik sablon mesin yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Pertumbuhan batik Trusmi nampak bergerak dengan cepat mulai tahun 2000, hal ini bisa dilihat dari bermunculan showroom-showroom batik yang berada di sekitar jalan utama desa Trusmi dan Panembahan. Pemilik showroom batik Trusmi hampir seluruhnya dimiliki oleh masyarakat Trusmi asli walaupun ada satu atau dua saja yang dimiliki oleh pemilik modal dari luar Trusmi.

Perajin Minta Batik Trusni Cirebon Dipatenkan

CIREBON, KOMPAS.com--Pengusaha batik Cirebon minta pemerintah segera mematenkan batik Trusmi sebagai salah satu khasanah kekayaan budaya Nusantara dari Cirebon.

"Pemerintah perlu segera mematenkan batik Trusmi Cirebon sebagai salah satu kekayaan intelektual masyarakat Indonesia khususnya Cirebon. Kami tidak rela kalau nasib batik Trusmi Cirebon suatu saat diklaim negara lain," ujar H Katura, pengusaha Batik Trusmi, Senin.

Jumlah motif batik khas Trusmi sudah mengalami banyak kemajuan hingga sekarang sudah tercatat lebih dari 400 motif baru.

"Kami berencana mengajukan hak paten 400 motif asli Batik Trusmi sehingga tidak ada lagi pihak luar yang mengklaim batik khas Cirebon ," tegas Katura.

Diakuinya, seiring perkembangan zaman, para pengrajin batik Cirebon banyak membuat kreasi-kreasi baru terhadap motif batiknya. Sehingga sebenarnya masih banyak motif batik Cirebon yang belum terdata.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil pendataan yang sudah ada ini, Katura mengharapkan perhatian pemerintah daerah untuk segera mematenkan batik Cirebon sambil terus memperbarui data setiap motif batik yang baru.

Sementara itu, Kepala Badan Koordinas Pembangunan dan Pemerintahan (BKPP) Wilayah Cirebon Ano Sutrisno mengakui hingga saat ini masih banyak kesenian dan kebudaaan daerah khas Cirebon yang belum mempunyai sertifikat hak paten.

Selama ini, lanjut Ano, pengakuan kesenian dan budaya Cirebon baru dikenal masyarakat secara lisan saja. "Banyak kalangan yang sudah mengakui secara lisan bahwa kesenian Cirebon seperti Sintren dan Tari Topeng atau makanan khas Jamblang, empal gentong serta kerajinan batik Trusmi sebagai khas daerah Cirebon. Namun belum dipatenkan," ujar Ano.

Menyikapi keinginan para pengusaha batik tadi, Ano sudah berencana akan melakukan koordinasi dengan para kepala daerah untuk membahas aset seni dan budaya serta kuliner khas Cirebon ini untuk masa depan. "Sudah seharusnya para kepala daerah mulai aktif mendata dan melestarikan kekayaan seni, budaya dan kuliner daerahnya masing-masing ," ujar Ano.

Batik Trusmi: Potensi Bisnis dan Simbol Budaya

Dalam waktu tak lama lagi, sebuah museum batik akan dibuka di London, Inggris. Fiona Kerlogue, seorang antropolog yang jatuh cinta pada kain batik Indonesia, menyatakan hal itu dalam pertemuan perhimpunan Indonesia-Inggris (Anglo-Indonesian Society) di Kedutaan Besar Indonesia di London, pekan ini.

Fiona, yang mengaku mengenal batik pertama kali dari buku “The History of Java” (1817) karya Sir Stamford Raffles, mengatakan museum itu akan memajang karya-karya batik Indonesia.

Berkat Raffles, seni kerajinan batik memang telah lama dikenal di mancanegara, namun baru dalam beberapa tahun terakhir batik memperoleh perhatian luas baik sebagai karya budaya maupun sebagai komoditi. Dalam sebuah bazar amal di London pekan ini pula, misalnya, Putri Alexandra, salah seorang anggota keluarga Kerajaan Inggris, menyatakan kekagumannya pada jenis kerajinan kain ini ketika mengunjungi anjungan Indonesia.

Di lingkungan bisnis, kerajinan batik juga memikat pengusaha mancanegara. Pada 2004, misalnya, salah satu konglomerat Jepang, Kageshima, telah menjalin kontrak bisnis untuk memasarkan Batik Trusmi asal Plered, Cirebon.

Pasang naik minat terhadap batik ini membuka peluang bagi pengembangan sentra batik Trusmi, yang dalam bebeapa dasawarsa terakhir mengalami kelesuan. Di banyak daerah kerajinan batik memang cenderung punah digerus oleh laju industri tekstil modern.

Dari Plered Kageshima dikabarkan memesan beberapa jenis produk yang telah ditentukan dari Jepang. Desainnya secara umum ditentukan dari perusahaan raksasa itu, hanya saja corak batiknya diserahkan kepada perajin Plered sendiri. Beberapa jenis produk yang dipesan ialah futon, sejenis bed cover, obi (ikat pinggang), piama dan kimono.

Namun, kontrak bisnis semacam ini masih terbatas. Dalam beberapa tahun terakhir masih saja terdengar perajin Batik Trusmi mengeluh soal sulitnya pemasaran. Hingga belakangan ini sebagian besar produsen batik Trusmi masih mengandalkan penjualan di daerah Trusmi dan Cirebon saja.

Kendala lain: usaha batik Trusmi masih mengandalkan pasokan kain untuk pengerjaan batik dari Pekalongan. Cirebon belum punya produsen kain yang bisa memproduksi kain katun dan sutra dalam jumlah besar. Kendala ini membuat produsen sulit memenuhi pesanan dalam jumlah besar.

Beberapa kendala ini perlu menjadi bahan pemikiran bersama. Walau belum sepopuler batik Yogya, dari segi kualitas Batik Trusmi yang didominasi motip megamendung sudah mampu bersaing dengan batik Yogya, Solo dan Pekalongan. Perluasan bisnis batik, sampai ke mancanegara, akan menjamin Batik Trusmi tidak semata menjadi tumpuan ekonomi sebagian warga, melainkan menjadi simbol yang membawa harum nama Cirebon dan sekitarnya secara internasional.

Ragam hias batik Cirebon tidak terlepas dari sejarah pembauran kepercayaan, seni dan budaya yang dibawa etnis dan bangsa pada masa lampau. Sebelum abad ke-20, Cirebon yang memiliki pelabuhan laut menjadi sebuah kota perdagangan hasil bumi antar pulau yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai etnis, serta saudagar asal Cina maupun Timur Tengah.

Pertemuan antar etnis dan budaya melalui jalur perdagangan ini telah memberi akses pengaruh terhadap corak seni budaya daerah Cirebon. Bentuk binatang khayal berupa singa barong dan peksi naga liman merupakan wujud perpaduan budaya Cina, Arab dan Hindu terlukis pula pada ragam hias batik Trusmi.

Tak hanya batiknya yang bisa dijual. Sentra batik Trusmi sendiri sebenarnya memiliki potensi menjadi sebuah objek wisata belanja dan wisata sejarah yang sangat menarik.

Kisah membatik Desa Trusmi berawal dari peranan Ki Gede Trusmi. Salah seorang pengikut setia Sunan Gunung Jati ini mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan Islam. Sampai sekarang, makam Ki Gede masih terawat baik, malahan setiap tahun dilakukan upacara cukup khidmat, upacara Ganti Welit (atap rumput) dan Ganti Sirap setiap empat tahun.

Trusmi bisa dikemas dalam satu paket tujuan wisata bersama objek wisata lain di Cirebon, seperti Keraton Kanoman dan Kasepuhan serta objek wisata sejarah yang banyak tersebar di Cirebon, Majalengka, Kuningan dan Indramayu.

Kebangkitan kembali Trusmi menuntut kerjasama luas berbagai pihak, tak hanya dari kalangan pengusaha, namun dari lingkungan pemasaran wisata, dukungan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat seperti Yayasan Batik Indonesia, dan dari kalangan pendidik ketrampilan yang bisa menjamin kelestarian dan bahkan peningkatan ketrampilan batik Trusmi.***


dari blog asep>

REKLAMASI PANTAI CIREBON SEBAGAI ALTERNATIF PEMEKARAN KOTA

REKLAMASI PANTAI CIREBON SEBAGAI ALTERNATIF PEMEKARAN KOTA
PENDAHULUAN

Dengan luas lahan hanya 3.735,8 ha, Kota Cirebon tergolong kota dengan wilayah kabupaten / kota paling kecil di Jawa Barat. Tetapi meskipun luasannya kecil, Kota Cirebon termasuk kota yang cukup sibuk dengan berbagai aktifitas perdagangan dan jasanya. Ini bisa dibuktikan dengan melihat kalau jumlah penduduk kota cirebon yang tidak sampai 300.000 jiwa, tetapi banyaknya orang yang melakukan aktifitasnya di kota cirebon terutama pada siang hari mendekati 1.000.000 jiwa. Sehingga memang bisa dipastikan kalau kota cirebon tidak saja melayani warga kota cirebon saja, tetapi juga warga masyarakat dari wilayah sekitar seperti; kabupaten cirebon, kabupaten kuningan, kabupaten indramayu, dan kabupaten majalengka bahkan dari kabupaten brebes dan kabupaten/kota tegal. Dengan kondisi lahan yang relative datar dan infrastruktur kota yang cukup lengkap memang sangat memudahkan bagi para pelaku kegiatan melakukan aktifitasnya, ditambah dengan posisinya yang strategis berada pada jalur transportasi utama pulau jawa, sangat memudahkan siapapun untuk mengakses ke wilayah/ kota lain mana saja di pulau jawa.

Dengan banyaknya warga masyarakat yang melakukan kegiatan di kota cirebon, sementara lahan kota sangat terbatas, lama kelamaan kota memang terasa mulai sesak. Hampir seluruh jalan-jalan utama kota saat ini mulai berubah fungsi menjadi kawasan jasa dan perdagangan. Kemacetan lalu lintas mulai ditemukan pada beberapa ruas jalan sebagai akibat semakin bertambah banyaknya jumlah kendaraan bermotor, sementara volume jalan kota tidak pernah bertambah. Perlahan namum pasti kawasan permukiman mulai bergeser ke pinggiran kota, merubah lahan-lahan pertanian yang semula hijau menjadi lahan-lahan yang ditumbuhi dinding-dinding beton dengan perkerasan semen ataupun aspal. Akibatnya wilayah resapan air pun mulai ikut berkurang, sehingga ancaman banjir selalu menghantui warga masyarakat mana kala musim hujan tiba.


LAHAN KOTA TERBATAS

Dari luas yang ada, hampir 70 % atau 2.570,70 ha nya adalah lahan yang terbangun. Dan pada lahan yang terbangun itulah hampir seluruh fungsi kota berebut tempat seperti ; fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, pelabuhan, fasilitas perdagangan, perkantoran, perhotelan, permukiman, transportasi, dan lain sebagainya. Dengan lahan terbatas dan banyaknya fungsi yang harus diwadahi, maka tidak aneh kalau fasilitas-fasilitas tadi hanya menempati lahan-lahan yang tidak terlalu luas di kota cirebon ini. Dengan kata lain laju kebutuhan akan lahan dikota cirebon memang cukup pesat. Banyaknya pelaku-pelaku ekonomi berskala nasional yang bermain dikota cirebon ini, semakin memacu berkembangnya aktifitas yang memerlukan lahan yang cukup luas.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan beberapa usaha diantaranya adalah pengereman laju kebutuhan akan lahan dan pemekaran kota. Seiring dengan perkembangan kota cirebon dan kemudahan transportasi dengan kota-kota lain, langkah pertama kelihatannya sangat sulit untuk dilakukan. Apalagi sebagai kota perdagangan dan jasa, kota cirebon tidak bisa membatasi orang untuk melakukan aktifitasnya dikota ini. Jadi cara kedua, Pemekaran kota adalah cara yang paling realistis untuk mengembangkan kota cirebon. Pemekaran kota dapat dilakukan ke arah vertikal dan juga horisontal ( ke arah darat atau ke arah laut ). Kalau pemekaran kota ke arah vertikal, investasi yang dibutuhkan akan sangat mahal dan membutuhkan teknologi tinggi. Sehinga cukup sulit dan butuh waktu lama. Pemekaran ke arah horisontal ke darat, yang berarti harus mengambil lahan wilayah lain, dalam era ’otonomi daerah’ saat ini tampaknya hanya akan memancing konflik antar wilayah saja. Pemekaran ke arah horisontal ke laut, ini yang paling memungkinkan. Apalagi ditambah kondisi pantai cirebon yang sering mengalami sedimentasi ( pengendapan ), akan mempermudah dan mempercepat proses Pemekaran kota . Dan saat inipun sebenarnya wilayah kota cirebon diperkirakan sudah bertambah luasnya ke arah laut kurang lebih seluas 74 ha.


REKLAMASI

Reklamasi adalah meningkatkan sumber daya lahan dari yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat ditinjau dari sudut lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai ekonomi lahan. Untuk kota cirebon, yang perlu dilakukan adalah Reklamasi perairan pantai untuk mengubah perairan pantai menjadi daratan demi memenuhi kebutuhan akan lahan kota, meningkatkan kualitas dan nilai ekonomis kawasan pantai, dan menata serta memperbaiki kawasan tata ruang pantai juga sistem drainase perkotaan. Beberapa hal yang menguntungkan reklamasi ini diantaranya adalah daerah pantai akan tertata baik dan bebas banjir, menambah luas lahan kota dan pengembangan wisata bahari. Sementara kalau tidak dilakukan reklamasi yang terjadi adalah ; ancaman terhadap kelestarian hutan mangrove oleh pemukim liar, laut tetap tidak berkembang dan akan selalu menjadi sisi belakang kota ( tempat buangan sampah ), pantai terlihat kumuh dan tidak tertata, ancaman banjir kawasan pesisir pantai tidak berkurang karena perubahan tata guna lahan didaerah hulu tetap berlangsung, serta ancaman limbah perkotaan juga tetap tidak berkurang.

Reklamasi perairan pantai ini dapat dilakukan guna memenuhi kebutuhan akan lahan untuk fungsi-fungsi seperti ; kawasan perdagangan, kawasan pariwisata dan hiburan, kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan perkantoran dan bisnis, serta prasarana kota lainnya. Sehingga pada masa yang akan datang kota cirebon akan menjadi ” WATER FRONT CITY ”, kota yang bercirikan pantai dan menghadap ke laut. Perlu diketahui bahwa 60 % dari total penduduk dunia tinggal di kawasan pesisir pantai, dan 2 / 3 kota-kota besar dunia terdapat di wilayah pesisir.

Reklamasi perairan pantai tidak dapat dilakukan tanpa melalui kajian-kajian yang matang, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum reklamasi dilakukan ,seperti ; apakah usaha lain untuk memenuhi kebutuhan akan lahan sudah dilakukan , apakah dampak negatif akibat pelaksanaan reklamasi ini dapat diatasi atau ditekan sebesar mungkin, apakah dengan adanya reklamasi kondisi lokasi akan menjadi lebih baik, lebih tertata, lebih bernilai ekonomis, dan lingkungan menjadi lebih berkualitas, atau apakah sebagian besar masyarakat sekitar mendapatkan keuntungan dengan adanya kegiatan tersebut. Jadi lebih baik memang kalau reklamasi tidak saja menguntungkan investornya saja, tetapi juga menguntungkan bagi masyarakat dan pemerintah kota. Oleh karena itu pemerintah kota cirebon harus lebih agresif mendekati pengusaha baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk mau menanamkan investasinya di kota ini. Sangat tepat kiranya kalau pemerintah kota cirebon saat ini merencanakan untuk membentuk semacam satuan unit kerja Kantor Penanaman Modal.

Disamping kajian yang matang ada juga dampak yang harus kita perhitungkan sebelum reklamasi kita lakukan, diantaranya seperti ; peningkatan potensi banjir dikawasan pantai, pencemaran pantai pada saat pelaksanaan pembangunan, potensi terjadi kerusakan pantai dan kerusakan instalasi bawah air , potensi terjadi gangguan terhadap lingkungan, peningkatan potensi gangguan pada borrow area, kepemilikan tanah hasil reklamasi, dan juga perubahan rencana tara ruang dan tata guna lahan. Untuk dampak mengeliminir atau menghilangkan dampak-dampak tadi diperlukan upaya engineering dan juga penetapan aturan atau undang-undang oleh pemerintah kota. Saya yakin dengan bersama-sama antara pemerintah kota, masyarakat dan kalangan pengusaha akan dapat mewujudkan harapan kita akan Kota Cirebon sebagai kota pantai yang maju dan berkembang dengan segala macam aktiftasnya.

Potensi Cirebon

Cirebon; Kota Udang Dengan Segala Potensinya PDF Cetak E-mail
Selasa, 13 April 2010 21:21

Cirebon; Kota Udang Dengan Segala Potensinya

Oleh: Masitoh Yusuf


Kota Cirebon adalah sebuah kota mandiri terbesar kedua di Provinsi Jawa Barat, setelah ibukota Jawa Barat, yakni kota Bandung. Kota ini terletak di pesisir Laut Jawa, pada jalur pantura. Jalur Pantura Jakarta - Cirebon - Semarang merupakan jalur terpadat di Indonesia. Kota Cirebon juga adalah kota terbesar keempat di wilayah Pantura setelah Jakarta, Surabaya, dan Semarang.


Karena letaknya yang amat strategis yaitu pada persimpangan antara Jakarta, Bandung, dan Semarang, menjadikan kota Cirebon sangat cocok dan potensial untuk berinvestasi dalam segala bidang investasi seperti hotel, rumah makan, pusat perbelanjaan, maupun pendidikan. Sehingga Kota Cirebon merupakan pilihan yang sangat tepat untuk berinvestasi. Dengan didukung oleh kegiatan ekonomi yang baik dan terpadu menjadikan Kota Cirebon berkembang menjadi Kota Metropolitan ketiga di Jawa Barat setelah metropolitan BoDeBeK( Bogor, Depok, Bekasi) yang merupakan hinterland/kota penyangga bagi ibukota Jakarta dan Metropolitan Bandung.



Kota Cirebon merupakan pusat bisnis, industri, dan jasa di wilayah Jawa Barat bagian timur dan utara. Banyak sekali industri baik skala kecil, menengah, maupun besar menanamkan modalnya di kota wali ini (Cirebon). Dengan didukung oleh banyaknya orang-orang yang bekerja, beraktifitas dan menuntut ilmu di kota Cirebon, sekitar kurang lebih 1 juta orang, menjadikan kota Cirebon lebih hidup. Pembangunan di Kota Cirebon juga menggeliat dan menunjukkan respons positif, hal ini terbukti dengan banyaknya bangunan-bangunan besar dan tinggi yang berada di jalan-jalan utama kota Cirebon.


Saat ini, wajah kota Cirebon telah berubah, menjadi kota modern mandiri ketiga di Pulau Jawa bagian Barat setelah Jakarta dengan kota-kota satelitnya ( Bogor, Depok, Banten, dan Bekasi) dan Bandung Raya dengan kota-kota satelitnya ( Tasikmalaya, Cimahi, Subang, Purwakarta, Cianjur, dan Garut). Kini pemerintah wilayah Cirebon sedang giat-giatnya mengembangkan potensi wilayah kota Cirebon Metropolitan dengan kota-kota satelitnya ( Indramayu, Majalengka, Kuningan, dan sebagian Jawa Tengah bagian Barat yakni Tegal, Brebes, Purwokerto, dan Pekalongan). Dahulu Cirebon merupakan ibu kota Kesultanan Cirebon dan Kabupaten Cirebon, namun ibu kota Kabupaten Cirebon kini telah dipindahkan ke Sumber.


Cirebon juga disebut dengan julukan 'Kota Udang' dan 'Kota Wali'. Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Sunda dan Jawa.


Untuk mewujudkan kota Cirebon sesuai dengan fungsinya yang diarahkan sebagai kota perdagangan dan jasa, kota pelabuhan, kota industri, dan kota budaya dan pariwisata, maka peluang atau prospek kota Cirebon dapat diidentifikasikan sebagai berikut :


Masih terdapatnya lahan yang kosong dan komersil yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perekonomian yang letaknya tersebar diseluruh wilayah kota Cirebon seperti untuk kegiatan perdagangan dan jasa, perumahan wisata, industri, dan lain-lain.


Lahan pertanian yang masih luas di pinggiran Kota Cirebon yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrobisnis. Sumber daya laut di sepanjang pantai kota Cirebon yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan wisata laut, agro industri, dan sebagainya.


Terdapat juga pelabuhan Cirebon dan Kejawanan atau pelabuhan perikanan yang masih terbuka untuk kegiatan industri, perdagangan (ekspor, impor, antar daerah atau pulau).


Jumlah penduduk yang cukup dapat dikembangkan dan dilatih agar dapat ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan yang didukung oleh sejumlah perguruan tinggi dan sekolah kejuruan. Tersedianya infrastruktur atau sarana atau prasarana penunjang kegiatan perekonomian seperti listrik, air, telekomunikasi, jalan, dan lain-lain.


Untuk sektor-sektor unggulan yang mempunyai potensi dan peluang yang bisa dikembangkan oleh pengusaha atau investor baik ber-fasilitas (Penanaman Modal Asing) dan non fasilitas (Penanaman Modal Swasta Nasional) adalah sebagai berikut: Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Sektor Industri Non Migas; Sektor Listrik, Gas dan Air Minum; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pertanian, Peternakan dan Perikanan.


Tanaman pangan meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan, tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, umbi-umbian, dan kacang-kacangan. Produksi tanaman bahan makanan pada tahun 2003 mayoritas mengalami peningkatan. Produksi tanaman sayur-sayuran yang ada di kota Cirebon terdiri dari delapan komoditas.


Saat ini, kota Cirebon tengah gencar-gencarnya menggalakkan CPC (Cirebon Promotion Center). Cirebon Promotion Center (CPC) adalah sebuah lembaga Non Pemerintah yang didirikan dan difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Cirebon melalui Program Pendanaan Kompetisi (PPK) yang berfungsi sebagai pusat promosi investasi, produk dan pariwisata.


Kota Cirebon sebagai kota perdagangan dan jasa mempunyai berbagai potensi yang cukup besar, baik potensi ekonomi, industri, perdagangan, budaya dan pariwisata yang masih belum tergali secara optimal dan dapat dikembangkan ke arah yang lebih baik guna menunjang pertumbuhan ekonomi.


Sebagai pusat pengembangan ekonomi lokal, regional dan nasional maka Kota Cirebon diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat informasi bagi pengembangan Potensi Ciayumajakuning yang akan ditampilkan melalui Website sehingga diharapkan dapat terjadi Telemarketing, Directmail untuk menarik Traders, Tourist dan Investor.


Sejak awal Tahun 2007, CPC akhirnya dilanjutkan dengan dana APBD Kota Cirebon 2007. Hal ini tidak menjadikan surut dalam upaya Pengembangan Promosi Produk Unggulan Daerah Kota Cirebon, bahkan tahun 2007 hampir semua produk binaan CPC ikut digelar dalam berbagai Event Pameran Regional dan Nasional bersama-sama Dekranasda dan Disperindag Kota Cirebon.